Pasukan Amerika Kembali Tewas di Tangan Tentara Afghanistan

Pasukan Amerika Kembali Tewas di Tangan Tentara Afghanistan

Seorang tentara Amerika Serikat kembali tewas dalam sebuah serangan orang dalam di ibu kota Afghanistan, Kabul Sabtu 2 November 2018. Satu orang lain juga tewas dalam kejadian tersebut.

Penembakan itu adalah yang terbaru dalam serangkaian serangan “green-on-blue” atau serangan oleh personel keamanan Afghanistan terhadap pasukan asing.

“Laporan awal menunjukkan bahwa penyerang adalah anggota Pasukan Pertahanan dan Keamanan Negara Afghanistan. Laporan awal juga menunjukkan penyerang itu segera dibunuh oleh anggota pasukan Afghanistan yang lain,” kata pernyataan Opersi Resolute Support  sebagaimana dikutip Reuters.

Penembakan ini terjadi setelah sebelumnya militer Amerika mengatakan mereka telah menghentikan sebagian besar kontak langsung dengan anggota pasukan keamanan Afghanistan. Personel Amerika juga ditarik dari fasilitas keamanan Afghanistan.

Langkah ini diambil setelah terjadi dua penembakan oleh orang dalam dalam seminggu terakhir yang menewaskan komandan polisi Afghanistan  dan tentara Ceko.

Langkah itu dinilai sebagai praktik “standar” setelah serangan “green-on-blue”  atau serangan oleh personel keamanan Afghanistan terhadap pasukan asing.

Seorang perwira senior militer Afghanistan, yang ditempatkan di sebuah pangkalan gabungan dengan pasukan asing, mengatakan bahwa pasukan Amerika telah diperintahkan untuk tidak mengunjungi markas Afghanistan selama beberapa hari. “Tetapi kami dapat mengunjungi mereka,” kata perwira yang minta namanya tidak disebut itu sebagaimana dikutip Washington Post Kamis 25 Oktober 2018. Dia juga mengatakan pusat kendali dan komando bersama tetap aktif.

Pada Oktober lalu, komandan NATO di Afghanistan, Jenderal Scott Miller, lolos ketika pengawal gubernur menembaki sekelompok pejabat Amerika Serikat dan Afghanistan di propinsi selatan, Kandahar yang menewaskan Letnan Jenderal Abdul Raziq, empat hari sebelum pembunuhan di Herat.

Pembunuhan itu menciptakan kekosongan keamanan yang berbahaya di selatan dan memicu desas-desus bahwa Amerika Serikat ada di belakang rencana untuk membunuh Raziq. Tuduhan yang dianggap oleh para pejabat Amerika sebagai absurd.

Serangan Kandahar, yang juga membunuh kepala intelijen provinsi dan menyebabkan gubernurnya terluka parah, terjadi tak lama setelah pertemuan yang dihadiri oleh komandan militer Amerika di Afghanistan, Jenderal Austin “Scott” Miller.

Millier berhasil melarikan diri tanpa cedera dan dengan cepat kembali dengan helikopter ke Kabul, tetapi jenderal Amerika lainnya dan dua orang lainnya terluka.

Fakta bahwa Miller selamat ketika seorang pemimpin keamanan Afghanistan yang dihormati meninggal memicu gelombang spekulasi tentang konspirasi Amerika. Pengamat Afghanistan dan asing membandingkan situasi itu dengan insiden tahun 2012 dengan kabar tentang salinan Al-Quran telah dihancurkan di pangkalan militer Amerika yang menyebabkan kerusuhan.