Meski anggaran militernya pada 2019 telah ditetapkan mencapai lebih dari US$51miliar atau sekitar Rp 775 triliun, militer Jerman masih aktif melobi agar dana tersebut ditambah. Karena fakta di lapangan, dana itu masih kurang hingga menyebabkan banyak senjata baru mereka tidak layak operasi.
Kementerian Pertahanan Jerman dalam laporan terakhirnya menyebutkan hanya sepertiga peralatan militer baru yang dikirim ke Bundeswehr pada tahun 2017 yang layak operasional. Dari 97 sistem persenjataan utama yang dikirim tahun lalu, hanya 38 dari mereka yang siap tempur.
Laporan yang dikutip Xinhua Kamis 1 November 2018 tersebut merinci dari 71 kendaraan tempur infanteri Puma yang dikirim hanya 27 yang siap ke medan tempur. Sementara dari delapan pesawat angkutan militer baru Airbus A400M Atlas, setengahnya bisa beroperasi penuh.
Hanya dua dari tujuh helikopter tempur Tiger Eurocopter dan empat dari tujuh helikopter NH90 NH Industries yang siap tempur. Sedangkan dari empat jet tempur Eurofighter Typhoon yang dikirim pada tahun 2017 hanya satu yang layak beroperasi.
Berlin sedang berusaha mencapai tingkat kesiapan peralatan sebesar 70 persen dan secara khusus memberi perhatian pada Puma dan A400M. Meski kualitas pesawat meningkat, tetapi mendesak industri pertahanan untuk “mencapai indikator yang disepakati sesegera mungkin.”
Kesiapan operasional peralatan secara keseluruhan juga jauh dari harapan. Dari 5.000 peralatan yang sudah dikerahkan oleh Bundeswehr hanya sekitar separuh peralatan ada siap tempur.
Anggota Parlemen Jerman, Matthias Hohn mengkritik situasi seputar peralatan baru dan menyebut Menteri Pertahanan Ursula von der Leyen memboroskan multi-miliar dolar dengan mengorbankan pembayar pajak.
Menurut Hohn, Menteri Pertahanan belum memenuhi rencananya untuk meningkatkan kesiapan. “Peralatan militer baru yang datang dari lini produksi industri pertahanan tidak berfungsi. Harusnya peralatan tidak diterima dan tidak dibayar,” kata anggota parlemen menekankan.
Keadaan militer Jerman telah menjadi kontroversi di tengah laporan rutin peralatan dan masalah pasokan, kekurangan staf, dan keluhan kekurangan dana. Awal Oktober lalu, media Jerman melaporkan bahwa tidak ada senapan serbu baru yang dikembangkan untuk menggantikan senapan G36 yang disebut tidak memenuhi harapan militer.
Sebelum itu, juga muncul laporan tentang kondisi memprihatinkan dari tank tempur utama 2 Leopard, jet tempur Tornado, kapal selam, dan peralatan lainnya yang digambarkan kondisinya seperti milik negara miskin dan ketinggalan zaman.
Menurut Stockholm International Peace Research Institute Jerman menghabiskan lebih dari US$ 44 miliar untuk pertahanan pada tahun 2017, menjadikannya negara dengan anggaran belanja terbesar kesembilan di dunia.
Sedangkan untuk 2019, Jermang mengangarkan US$ 51,2 miliar atau naik US $ 4,7 miliar lebih dibandingkan 2018.