Kuba menjadi wilayah yang mendapat perhatian khusus Uni Soviet pada era Perang Dingin hingga memunculkan salah satu situasi paling berbahaya yang dikenal sebagai krisis misil Kuba. Kini di tengah bangkitnya lagi persaingan dunia, Rusia pun kembali melirik salah satu negara Amerika Latin tersebut.
Seperti halnya Soviet, Rusia akan membangun kekuatan militer Kuba. Salah satunya Rusia akan membiayai Kuba untuk pembelian peralatan militer Rusia seharga US$ 50 juta atau sekitar Rp760 miliar.
Surat kabar Rusia Kommersant, mengutip dua sumber kerjasama militer dan teknis Rusia menyebutkan perjanjian akan ditandatangani oleh kedua negara selama pertemuan antar pemerintah ke-16 tentang ekonomi, perdagangan dan kerjasama ilmiah-teknis yang akan berlangsung di Havana 29-30 Oktober.
Uang yang diinvestasikan oleh Rusia ke Kuba dapat digunakan untuk membeli kendaraan lapis baja dan peralatan penerbangan seperti helikopter. Kuba juga dapat menerima suku cadang untuk mempertahankan armata tank tempur utama buatan Soviet T-62 dan Armored Personnel Carrier BTR-60.
Dari tahun 1966 hingga akhir 1980-an, bantuan militer Pemerintah Soviet memungkinkan Kuba meningkatkan kemampuan militernya menjadi nomor satu di Amerika Latin dan kemampuan proyeksi kekuatan ke luar negeri.
Sejak tahun 1975, Uni Soviet telah melakukan modernisasi besar terhadap semua cabang militer Kuba, mengubahnya dari kekuatan pertahanan rumah menjadi pembentukan militer yang paling lengkap di Amerika Latin dan salah satu yang memiliki kemampuan ofensif yang signifikan. Namun setelah Perang Dingin berakhir, secara drastis kekuatan militer negara ini tergerus dan tidak lagi berdaya.
Angkatan bersenjata Kuba saat ini dilengkapi dengan kendaraan lapis baja dari bekas Uni Soviet termasuk main battle tank T-62 dan T-55, kendaraan tempur infanteri BMP-1 / BMP-2, dan APC beroda BTR-40 / BTR-60 / BTR-152.
Kuba juga telah meningkatkan secara lokal beberapa kendaraan tempur yang mengadaptasi sistem persenjataan untuk kendaraan tempur, ditandai dengan pemasangan T-55 dan turret BMP-1 pada chassis BTR-60, pemasangan Howitzer D-30 122mm ke chassis BMP-1 dan ke truk dan mengadaptasi Roket RBU-6000 ditembakkan dari flatbed truk.
Pada bulan Desember 2016, Rusia dan Kuba menandatangani program kerjasama teknologi di sektor pertahanan hingga 2020. Dokumen itu ditandatangani pada pertemuan komisi antar pemerintah Rusia-Kuba di Havana oleh Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin dan Wakil Presiden Dewan Kuba Menteri Ricardo Cabrisas Ruiz. Pada 2017, Havana secara resmi beralih ke Rusia meminta modernisasi peralatan militer negara.