AR-15, Senjata Keramat Ini Kembali Minum Darah di Amerika
AR-15/Business Insider

AR-15, Senjata Keramat Ini Kembali Minum Darah di Amerika

Seorang pria bersenjata, yang meneriakkan “semua Yahudi harus mati”, masuk sinagoga di Pittsburgh, Amerika Serikat, ketika ibadah Sabat berlangsung, membunuh 11 orang dan melukai enam lagi, termasuk empat polisi, sebelum ditangkap.

Robert Bowers, 46 tahun, dari Pittsburgh ditahan setelah bakutembak dengan tim SWAT. Jaksa federal menuduhnya dengan 29 dakwaan, termasuk kekerasan dan pelanggaran atas senjata api, serta pelanggaran undang-undang hak sipil Amerika .

“Yang dilakukan Robert Bowers adalah tindakan paling buruk dari kemanusiaan. Kami memberikan seluruh sumber daya dari kantor kami untuk menyelesaikan pemburuan dan penyelidikan kejahatan kebencian itu,” kata Scott Brady, jaksa AS untuk Pennsylvania barat kepada wartawan Sabtu 27 Oktober 2018.

Ini adalah kasus penembakan kesekian kalinya yang terjadi di Amerika Serikat. Lagi-lagi senjata keramat AR-15 disebut digunakan oleh penembak tersebut.

Nikolas Cruz yang menewaskan sedikitnya 17 orang dalam penembakan brutal di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida 14 Februari 2018 lalu juga menggunakan   AR-15.

Senjata ini juga digunakan dalam  penembakan massal   Aurora, Colorado; Newtown, Connecticut; San Bernardino, California; Sutherland Springs, Texas; dan Las Vegas, di mana total 137 orang terbunuh.

AR-15

Jumlah itu belum termasuk penembakan brutal oleh  Stephen Craig Paddock di Las Vegas Oktober 2017 lalu yang menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai setidaknya 400 orang. Dalam aksi ini Paddock juga menggunakan salah satunya AR-15.

Kelahiran AR-15 tidak bisa dilepaskan dari senapan serbu legendaris AK-47 Soviet. Sejarah kemudian mencatat keduanya menjadi senjata paling membunuh di dunia.

AR-15 lahir ketika Amerika menghadapi kenyataan senjata mereka M-14 tidak mampu menandingi AK-47 di medan perang Vietnam. Hal ini memacu Robert S. McNamara, Menteri Pertahanan saat itu, untuk mendorong Pentagon memproduksi cepat senapan serbu baru Amerika, AR-15, yang kemudian dikenal sebagai M-16.

AR-15

Tetapi AR-15 sendiri sebnarnya dikembangkan pada akhir 1950-an sebagai senjata sipil oleh Eugene Stoner, mantan Marinir yang bekerja untuk startup kecil California yang disebut ArmaLite (dari situlah nama AR berasal).

Senapan tersebut revolusioner karena bobotnya yang ringan, perawatan yang mudah dan kemampuan beradaptasi dengan komponen tambahan. Pada pertengahan 1960an, Colt membeli paten tersebut dan mengembangkan versi api otomatis untuk pasukan di Vietnam, yang disebut M-16. Model sipil tidak diproduksi massal sampai tahun 1980an.

AR-15 di pasar sipil Amerika/Business Insider

M-16 dibawa bergegas dan sempat menjadi bencana dalam Perang Vietnam. Tapi kekurangan itu segera bisa ditutupi hingga tetap dipertahankan di gudang senjata Amerika. Dari sana, NATO melakukan standardisasi pertahanan dan meminta negara Eropa membangun senapan serbu mereka sendiri untuk kemudian disebarkan ke seluruh dunia non-komunis.

Pada 1980-an dua senjata AK-47 dan AR-15 dengan berbagai keturunannya adalah sepasang kekuatan global yang menakutkan.

Pada 1980-an dan 1990-an, komunisme mengalami kegagalan, ekonomi pasar menyambut barang tua Stalin. Pemerintah baru membongkar stok besar merka dan melanjutkan membanjiri dunia.

AR-15 di pasar sipil Amerika/Business Insider

Di antara penggerak utama Kalashnikov adalah Pentagon, yang membeli mereka dengan jumlah ribuan bagi pasukan proksi di Afghanistan dan Irak. Pentagon juga membagikan puluhan ribu M-16 dan M-4 karabin yang didasarkan pada desain AR-15, dengan kekuatan yang sama.

Banyak dari pasukan ini gagal, yang membawa senapan mereka ke pasar atau direbut musuh, membuat semakin banyak senjata yang tidak bisa dikontrol keberadaannya.

Hari ini varian Kalashnikov dan AR-15 tetap senjata yang paling sering terlihat di medan perang modern. Mereka adalah senjata pokok dari pemberontakan dan terorisme dan rutin digunakan dalam penembakan massal.

AR-15 mampu menimbulkan kerusakan lebih parah pada jaringan manusia daripada senapan lain yang banyak digunakan pada penembakan massal. Hal ini terutama karena kecepatan proyektil yang lebih tinggi dibanding senapan di kelasnya dan memberikan pukulan yang lebih menghancurkan pada tulang dan organ tubuh. Proyektil juga lebih mungkin untuk pecah saat mereka melewati tubuh, menimbulkan lebih banyak kerusakan.

Pemerintah Amerika melakukan sedikit upaya untuk menghentikan penyebaran senjata kelas ini. Kisah kejahatan, teror dan penindasan dengan keturunan Kalashnikov dan AR-15, yang dialami oleh warga sipil di bawah hujan peluru entah kapan akan berakhir.