Wakil Menteri Pertahanan Rusia Kolonel Jenderal Alexander Fomin menuduh Amerika terlibat dalam serangan drone yang terjadi di pangkalan militer mereka di Suriah
Pada sidang paripurna dari Forum Xiangshan Beijing tentang keamanan Kamis 25 Oktober 2018 Fomin mengatakan drone yang menyerang pangkalan udara Hmeymim Rusia di Suriah itu dioperasikan dari pesawat pengintai P-8 Poseidon milik Angkatan Laut Amerika.
“Tiga belas pesawat api bergerak yang dioperasikan oleh satu awak. Selama ini pesawat pengintai P-8 Poseidon Amerika berpatroli di wilayah Laut Mediterania selama delapan jam,” katanya. P-8 Poseidon merupakan pesawat patroli maritim dan antikapal selam milik Angkatan Laut Amerika.
Ketika drone bertemu dengan penanggulangan elektronik dari sistem Rusia, mereka beralih ke mode panduan manual, katanya.
“Panduan manual dilakukan bukan oleh beberapa penduduk desa, tetapi oleh Poseidon-8, yang memiliki peralatan modern. Mereka melakukan kontrol manual,” wakil menteri pertahanan mencatat.
“Ketika 13 drone ini menghadapi sistem peperangan elektronik kami, mereka bergerak ke suatu tempat, menerima perintah yang sesuai dan mulai dioperasikan dari ruang angkasa dan menerima bantuan dalam menemukan lubang yang disebut di mana mereka mulai menembus. Kemudian mereka dihancurkan, ” kata Fomin sebagaimana dilaporkan TASS.

“Ini harus dihentikan juga untuk menghindari pertempuran dengan senjata berteknologi tinggi para teroris dan teroris yang sangat diperlengkapi, perlu untuk menghentikan penyediaan peralatan bagi mereka,” wakil menteri pertahanan itu menyimpulkan.
Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya mengatakan bahwa pada 6 Januari 2018 militan di Suriah untuk pertama kalinya secara besar-besaran menggunakan pesawat tanpa awak dalam serangan terhadap pangkalan udara Hmeymim Rusia dan pangkalan angkatan laut Rusia di Tartus.
Serangan itu berhasil dipukul mundur dengan tujuh drone ditembak jatuh dan kontrol atas enam drone diperoleh melalui sistem peperangan elektronik.
Kementerian Pertahanan Rusia menekankan bahwa solusi yang digunakan oleh militan hanya dapat diperoleh dari negara yang berteknologi maju dan memperingatkan tentang bahaya mengulang serangan semacam itu di negara manapun di dunia.