Boeing Sudah Tombok Rp53 Triliun untuk Program Tanker KC-46
USAF

Boeing Sudah Tombok Rp53 Triliun untuk Program Tanker KC-46

Boeing harus kembali mengeluarkan biaya sebesar US $ 179 juta atau sekitar Rp2,7 triliun belum termasuk pajak akibat penundaan pengiriman tanker KC-46 pertama yang kembali terjadi.

Perusahaan ini mengungkapkan pihaknya terus disiksa dengan biaya tambahan karena upaya yang lebih tinggi dari yang diharapkan untuk memenuhi persyaratan pelanggan serta penundaan untuk pengujian dan sertifikasi KC-46.

CEO Boeing Dennis Muilenburg mengatakan Boeing hingga saat ini telah membayar lebih dari US$ 3,5 miliar atau sekitar Rp53 triliun dari kantongnya sendiri, karena perusahaan bertanggung jawab pada biaya di luar kontrak harga tetap US$4,9 miliar atau sekitar Rp74 triliun yang ditandatangani dengan Angkatan Udara Amerika.

“Kami terus membuat kemajuan yang stabil menuju sertifikasi akhir dari tanker KC-46,” kata Muilenburg Rabu 24 Oktober 2018. “Kami bekerja sama dengan Angkatan Udara Amerika untuk menyelesaikan semua langkah yang diperlukan untuk mengantarkan pesawat tanker pertama kuartal ini.”

Dia mengatakan empat pesawat telah menyelesaikan proses sertifikasi Federal Aviation Administration dan dipindahkan ke Boeing defense delivery center

“Meskipun masih ada pekerjaan di depan kami, kami semakin dekat untuk mengirimkan pesawat dengan kemampuan misi tinggi ini kepada pelanggan kami,” tambahnya sebagaimana dikutip Defense News.

Angkatan Udara berencana membeli 179 KC-46 selama masa program, yang sekarang telah mundur lebih dari satu tahun dari rencana semula.  Seharusnya Angkatan Udara Amerika menerima 18 tanker bersertifikasi pertama di musim panas 2017, tetapi pengiriman tanker pertama diundur akhir tahun 2017 namun hingga Oktober tahun ini tetap belum terlaksana.

Pekan lalu, Sekretaris Angkatan Udara Heather Wilson menegaskan bahwa layanan itu tidak akan menerima KC-46 pertama bulan ini. Pejabat Boeing dan Angkatan Udara bertemu 17 Oktober untuk membicarakan keadaan terakhir program, tetapi tidak ada pengumuman yang dibuat tentang kapan Angkatan Udara akan memberikan sertifikat tipe militer atau menurunkan lima kekurangan teknis utama – dua hal yang dilihat sebagai prekursor penting untuk pengiriman pertama.

Di luar masalah yang sedang berlangsung dengan pengadaan KC-46,  Boeing sedang merayakan kemenangan kontrak baru-baru ini untuk kontrak drone tanker MQ-25, jet pelatih T-X dan penggantian helikopter UH-1N.

Muilenburg membayangkan T-X sebagai program paling menguntungkan besar abad ini  dengan peluang penjualan yang jauh melampaui 350 pesawat yang dibutuhkan oleh Angkatan Udara.

Boeing percaya program ini berpotensi bernilai hingga US$ 40 miliar atau sekitar Rp607 triliun, dengan lebih dari 2.600 pesawat yang dijual di dalam negeri dan internasional sebagai pesawat pelatih dan serang ringan.