Khashoggi Dibunuh, Trump Gelembungkan Nilai Kesepakatan Senjata dengan Arab Saudi

Khashoggi Dibunuh, Trump Gelembungkan Nilai Kesepakatan Senjata dengan Arab Saudi

Amerika Serikat sepertinya berusaha mencari pembenaran untuk sikap mereka yang lunak terhadap Arab Saudi terkait kematian wartawan Jammal Khashoggi. Salah satunya dengan menggelembungkan nilai penjualan senjata ke Arab Saudi menjadi berkali-kali lipat.

Pada 20 Maret, sehari setelah Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman tiba di Washington, presiden Trump mengklaim kesepakatan persenjataan Saudi membantu menciptakan 40.000 lapangan pekerjaan baru di Amerika Serikat.

Angka itu berubah drastis pada 13 Oktober, ketika Trump dari Gedung Putih menyatakan, “Saya bekerja keras untuk mendapatkan pesanan untuk militer, US$ 110 miliar,” kata Trump. “Saya percaya itu adalah pesanan terbesar yang pernah dibuat. Dan ini akan membuka 450.000 lapangan pekerjaan, ”kata Trump. Jumlah yang meningkat sangat fantastis.

Peningkatan itu belum berakhir dan kembali melonjak menjadi 500.000 dalam sebuah wawancara yang diberikan Trump kepada Fox Business pada 17 Oktober 2018. Dan hampir tidak 48 jam kemudian, setelah ABC News mengklaim pemerintah Turki membiarkan Menteri Laur Negeri Mike Pompeo mendengarkan audio yang diduga merinci kapan dan bagaimana Khashoggi terbunuh, angka lapangan pekerjaan meningkat lagi jadi 600.000.

Malam berikutnya, 17 Oktober, presiden menurut Associated Press mengatakan penjualan senjata Saudi membuka lebih dari satu juta pekerjaan. Rincian paket senjata senilai US$ 110 miliar yang  dimulai di bawah pemerintahan Obama dan disepakati pada Mei 2017  juga terlihat disamarkan

Pentagon mengatakan Arab Saudi menandatangani “surat penawaran dan penerimaan” penjualan senjata hanya senilai US$ 14,5 miliar. Implikasinya adalah bahwa sebagian besar paket tetap masih di angan-angan karena belum ada kesepakatan.

Trump sejauh ini terbukti tidak mau mengutuk dengan seputar kematian Khashoggi sehingga dia telah menutup telinga dengan masukan dari pejabat intelijennya sendiri.

Untuk saat ini, Amerika, Arab Saudi, dan Turki melanjutkan penyelidikan mereka terhadap kematian Khashoggi sebelum Trump atau Senat Amerika memutuskan tindakan balas dendam terhadap Kerajaan.