Rusia berharap Amerika tidak memblokir permintaan Rusia di Dewan Keamanan PBB untuk melanjutkan pengiriman peralatan militer ke Republik Afrika Tengah atau Central African Republic karena senjata itu akan memberi kekuatan penting bagi pemerintah yang sah.
“Kami berharap bahwa mitra kami dapat secara hati-hati menyelidiki situasi militer dan politik di Republik Afrika Tengah dan berhenti menciptakan alasan yang ditujukan untuk memblokir tindakan untuk penguatan pasukan keamanan nasional negara itu,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataan yang dikeluarkan Senin 22 Oktober 2018.
“Dalam hal ini, kami berharap Amerika akan mempertimbangkan kembali pendekatan mereka yang menghalangi permintaan Rusia di Dewan Keamanan PBB tentang masalah pengiriman peralatan militer kedua ke Republik Afrika Tengah. Ini akan membantu melanjutkan upaya untuk membangun kembali kekuasaan yang sah dari Republik Afrika Tengah demi kepentingan membangun perdamaian dan keamanan abadi di negara Afrika ini. ”
Kementerian itu mengakui bahwa bantuan Rusia kepada Republik Afrika Tengah menarik perhatian luar negeri. “Sepertinya beberapa negara merasa agak cemburu dalam kaitannya dengan Rusia yang bergabung dengan proses regulasi Afrika Tengah,” tambah pernyataan itu.
“Sikap seperti itu kontraproduktif, terutama dalam kondisi saat ini, ketika kerjasama konstruktif dari semua pemain internasional untuk kepentingan menstabilkan situasi di negara yang sudah lama menderita ini sangat diminati di Afrika Tengah. ”
Pada 27-28 Agustus, ibu kota Sudan, Khartoum, mengadakan pembicaraan di bawah naungan Presiden Sudan Omar al-Bashir dan dengan partisipasi para mediator Rusia dalam menyelesaikan konflik domestik di Republik Afrika Tengah antara para pemimpin kelompok bersenjata besar, termasuk organisasi yang dulunya adalah bagian dari Seleka dan Anti-balaka.
Hasil dari pembicaraan adalah penandatanganan Deklarasi Khartoum yang mengumumkan pembentukan aliansi oposisi Afrika Tengah dengan tujuan mencapai perdamaian jangka panjang dan stabil di republik tersebut.
Deklarasi tersebut menegaskan komitmen terhadap prakarsa Uni Afrika dalam membangun perdamaian dan keamanan Republik Afrika Tengah dan kesiapan untuk meluncurkan proses perdamaian dengan pemerintah pusat. Dokumen tersebut juga menyatakan terima kasih kepada Rusia atas upaya mediasinya, yang memungkinkan untuk mengadakan pertemuan Khartoum.
“Rusia bertujuan untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk memfasilitasi proses negosiasi di Republik Afrika Tengah, dengan tujuan untuk menemukan jalan keluar dari krisis berkepanjangan di negara Afrika ini,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia lagi.