Sebanyak 18 negara termasuk Amerika dan China pada Sabtu secara prinsip menyetujui pedoman yang mengatur pertemuan pesawat militer untuk mengurangi berpotensi berbahaya. Langkah ini dinilai penting untuk menghindari bentrokan di sejumlah titik nyala yang ada sekarang ini.
Panduan ini pada dasarnya memperluas perjanjian serupa yang dicapai oleh Amerika dan China tiga tahun lalu dan merupakan upaya untuk mengurangi insiden dan tabrakan yang bisa memicu konflik.
Banyak negara di Asia memiliki perselisihan teritorial dengan China yang militernya yang semakin tegas di berbagai daerah termasuk Laut Cina Selatan, Selat Taiwan dan perairan serta langit antara Jepang, Semenanjung Korea dan China. Ketegangan yang meningkat dan meningkatnya lalu lintas militer telah menimbulkan kekhawatiran bahwa perjumpaan yang tidak disengaja dapat meningkat dengan hebat.
Kesepakatan yang akan diajukan untuk adopsi resmi oleh 18 negara tahun depan diambil dalam pada pertemuan tahunan menteri pertahanan di bawah naungan 10 negara ASEAN yang diselenggarakan oleh Singapura. Negara-negara ASEAN sendiri langsung secara secara resmi mengadopsi pedoman baru tersebut.
“Panduannya sangat berguna dalam menetapkan norma-norma,” kata Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen kepada wartawan setelah pertemuan sebagaimana dikutip Wall Street Journal. “Semua 18 negara menyetujui prinsip yang kuat untuk pedoman.”
Ng mengatakan selain China dan Amerika, negara-negara lain yang juga secara prinsip telah menyetujui termasuk Rusia, India, Australia, Jepang, dan Korea Selatan, serta Selandia Baru.
China dan Amerika menandatangani perjanjian serupa yang mengatur pertemuan di laut dan di udara pada tahun 2015, tetapi Amerika sering mengeluh kapal China berlaku agresif. Terakhir Amerika pada Oktober ini menyebut kapal perang China melakukan manuver berbahaya di dekat kapal perang meeka saat ada di Laut China Selatan.
Insiden seperti itu juga terjadi di udara. Tahun lalu, militer Amerika mengatakan dua jet tempur China mencegat pesawat pengintai Amerika di Laut Cina Timur, dan terbang sangat dekat. China membantah klaim tersebut dan mengatakan bahwa pesawatnya telah melakukan pencegatan sesuai aturan.
Kerangka kerja pertemuan udara yang disepakati meliputi pelarangan pendekatan cepat atau agresif di udara dan menjabarkan pedoman tentang komunikasi termasuk untuk “menahan diri dari penggunaan bahasa tidak beradab atau gerakan fisik yang tidak ramah.”
Penandatangan perjanjian, meski bersifat sukarela dan tidak mengikat secara hukum, diharapkan akan menghindari pertemuan tidak profesional dan manuver sembrono. Pedoman ini mengikuti perjanjian tahun 2014 antara lebih dari dua lusin negara pada pedoman untuk pertemuan kapal.
