Seperti diketahui Moskow telah mengirimkan rudal pertahanan udara S-300 ke Suriah setelah pesawat Il-20 mereka ditembak jatuh pada September 2018 lalu. Meski rudal Suriah yang menembak, tetapi Rusia menyalahkan Israel yang sengaja menjadikan pesawat mereka sebagai tameng rudal.
Surat kabar Izvestiya, mengutip sumber Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sebanyak tiga set batalyon rudal pertahanan udara S-300PM-2 yang diserahkan ke Suriah oleh Rusia. Ini adalah kabar pertama yang menyebut jumlah dari senjata yang dikirim.
Bukan itu saja Izvestiya melaporkan S-300 yang dikirim ke Suriah lebih canggih dibandingkan S-300 yang lain. Sistem S-300PM-2 dilengkapi dengan stasiun radar yang lebih canggih, iluminasi target dan stasiun panduan (radar penembakan) yang ditingkatkan dan pos komando bergerak.
Peluncur juga telah ditingkatkan yang memungkinkan penggunaan rudal yang lebih canggih, kuat dan jarak jauh, dibandingkan dengan S-300 “klasik”.
Tidak seperti S-300 konvensional, sistem pertahanan udara yang dimodernisasi dapat menembakkan rudal balistik jarak menengah, dengan tetap mempertahankan kemampuannya untuk menghancurkan target udara hingga 250 kilometer jauhnya.
S-300PM-2 juga menawarkan kemampuan anti-jamming yang lebih baik yang memungkinkannya untuk beroperasi dalam kondisi peperangan elektronik.
Bertentangan dengan laporan media, S-300PM-2 yang saat ini ditempatkan di Suriah tidak akan dioperasikan oleh Iran karena satu-satunya spesialis yang dapat mengoperasikan sistem ini berada di Rusia.
Iran tidak pernah mengoperasikan sistem seperti itu karena S-300PMU-2 karena yang dipasok ke Iran adalah versi ekspor dengan sirkuit dan mode kontrol yang disederhanakan dibandingkan dengan S-300PM-2.
Sumber mencatat bahwa sistem kontrol otomatis pada versi ekspor PMU-2 tidak memungkinkannya untuk berinteraksi dengan sistem pertahanan udara Rusia yang telah dialihkan ke angkatan bersenjata Suriah.
Awal bulan ini, debka.com mengutip sumber intelijen Amerika dan Israel yang mengklaim bahwa baterai S-300PM-2 yang ditempatkan di Suriah akan dioperasikan oleh tim Iran. Mereka juga bersikeras bahwa Rusia semula merencanakan untuk mempercayakan operasi sistem itu kepada orang-orang Iran, itu sebabnya mereka diduga memberi versi Suriah S-300PMU-2 yang dipasok ke Iran pada 2016.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan butuh waktu tiga bulan untuk melatih spesialis Suriah guna bisa mengoperasikan sistem rudal.
S-300PM-2 sendiri memasuki layanan dengan tentara Rusia pada 2010-an. Pada bulan Desember 2015, resimen pertama S-300PM-2 mengambil alih tugas tempur untuk melindungi wilayah udara kawasan industri pusat negara.
Resimen kemudian dilengkapi kembali dengan sistem anti-pesawat domestik paling modern, S-400 Triumph, dan, menurut sumbernya, beberapa S-300PM-2 dikirim ke Suriah.
Baca juga: