Militer Jepang, yang telah menghabiskan beberapa dekade hanya berfokus pada pertahanan diri, sedang membuat senjata jenis baru untuk mengirimkan muatan eksplosif dengan kecepatan supersonik.
Teknologi tidak konvensional ini dirancang untuk meremukkan pertahanan musuh dengan serangan presisi sebelum marinir Jepang datang menghantam pantai, dalam upaya untuk membantu negara mengambil kembali wilayah yang direbut oleh musuh potensial di masa depan.
High Speed Gliding Missile (HSGM) ini akan mengisi lubang serangan presisi jarak jauh dalam kemampuan pertahanan Jepang. Senjata ini terdiri dari dua tahap: tahap pertama adalah roket pendorong yang akan membawa ke kecepatan supersonik, dan tahap kedua merupakan hulu ledak aerodinamis yang memisahkan diri dari booster dan meluncur menyelesaikan sisa jalan menuju target.
HSGM Jepang akan berbeda dengan negara lain. Meskipun beberapa negara mengembangkan rudal balistik taktis, termasuk rudal balistik taktis Rusia 9K720 Iskander dan rudal balistik Hyunmoo 2A Korea Selatan, keduanya mengirimkan hulu ledak mereka menggunakan lintasan balistik ketinggian tinggi. Artinya rudal akan naik dulu ke angkasa sebelum kemudian meluncur ke bawah dengan kecepatan sangat tinggi.
Rudal Jepang, di sisi lain, akan meluncur ke sasaran dengan ketinggian yang lebih rendah. Bahkan, sebagaimana ditulis Popular Mechanics Jumat 19 Oktober 2018, HSGM terdengar sangat mirip dengan boost glide hypersonic weapon system, yang menerbangkan profil yang sama tetapi pada kecepatan melebihi 5 Mach.
Sejak akhir Perang Dunia II, Jepang menghindari apa pun yang menyerupai kemampuan militer ofensif. Rudal jarak jauh, pembom, kapal induk, dan Marinir semuanya diklasifikasikan sebagai senjata ofensif dan karenanya terlarang.
Waktu berubah. Sengketa teritorial baru dengan China telah memacu Tokyo untuk mengembangkan jenis-jenis senjata tertentu, termasuk brigade marinir amfibi, yang dimaksudkan untuk merebut kembali wilayah Jepang yang direbut di masa perang.
Untuk sebagian besar negara, khususnya Amerika, misi serangan presisi untuk mendukung pasukan darat akan ditangani oleh rudal jelajah Tomahawk atau pesawat terbang yang menggunakan senjata seperti Stormbreaker, sebuah bom yang diluncurkan dari pesawat seperti F / A-18E / F Super Hornet dan meluncur hingga 40 mil ke targetnya.
Tapi Angkatan Udara Bela Diri Jepang dibentuk untuk melakukan pertempuran udara ke udara. Dalam perang dengan China, layanan itu akan memiliki tanggungjawab penuh menangkis serbuan pesawat China. Senjata HSGM baru memberikan kemampuan militer Jepang untuk menyerang target tanpa mengalihkan pesawat taktis dari pertempuran udara.
Jepang sedang mengembangkan dua versi HSGM, senjata yang lebih konvensional dengan kemampuan meluncur rendah dan akan siap pada tahun 2026 serta senjata berbentuk seperti talon dengan kapasitas meluncur tinggi pada 2028.
Senjata ini diperkirakan memiliki kisaran antara 217 dan 310 mil tetapi pejabat pertahanan Jepang mengakui bahwa rentang yang lebih besar dapat dicapai.