Setelah melalui studi dan penelitian menyeluruh, Departemen Pertahanan Nasional (DND) Filipina kemungkinan besar akan membeli jet tempur supersonik Gripen buatan Saab Swedia untuk Angkatan Udara Filipina (PAF).
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Philippine News Agency (PNA) Minggu 15 Oktober 2018 mengatakan selain lebih murah dan lebih murah dalam biaya pemeliharaan, Gripen telah terbukti sebagai pesawat tempur supersonik yang sangat baik dengan kecepatan tertinggi 2 Mach atau 1.236 kilometer per jam, atau dua kali kecepatan suara.
Gripen memiliki konfigurasi sayap delta dan canard dan didukung oleh Volvo RM12. Pesawat telah digunakan berbagai negara di Eropa dan Asia. Thailand adalah negara yang juga telah mengoperasikan jet tempur tersebut.
Angkatan Udara Filiphina selama lebih dari satu dekade mencari jet tempur untuk menggantikan pencegat F5A / B buatan Amerika yang pensiun pada 2005 karena usia tua dan kurangnya suku cadang.
Karena F-5 ditarik dari layanan, Angkatan Udara mencoba memperoleh jet tempur canggih seperti F-16 dari Amerika Serikat, tetapi tidak ada kemajuan yang dibuat.
Lorenzana mengatakan pemerintah Amerika Serikat menawarkan lagi untuk menjual jet tempur F-16 ke Filipina. Tawaran itu, disampaikan Menteri Pertahanan Amerika James Mattis ketika sekretaris DND mengunjungi Washington bulan lalu.
Lorenzana mengkonfirmasi tawaran Amerika, tetapi mengatakan bahwa pencegat jet-jet supersonik F-16 terlalu mahal.
Sebagai perbandingan, Gripen dengan biaya yang lebih murah akan memiliki kemampuan yang sama dengan jet tempur multi-peran lainnya, termasuk F-16.
Angkatan Udara Filipina setelah F-5 pensiun memang tidak memiliki jet tempur multi-peran, meskipun telah membeli selusin jet F-50 dari Korea Selatan. Tetapi kemampuan pesawat terbatas dibandingkan dengan Gripen, F- 16 dan pesawat sejenis.
Lorenzana mengatakan pembelian jet tempur multiperan sangat diperlukan untuk melindungi wilayah udara negara tersebut.
Jika rencana Filipina menjadi kenyataan, maka ini akan menjadi langkah besar bagi Saab yang selama ini masih kesulitan untuk menjual Gripen.