Setelah menguji Multi-Domain Task Force (MDTF) di Pasifik, Angkatan Darat Amerika kini berencana membawa konsep perang masa depan tersebut ke Eropa.
Sebagai bagian dari fase kedua dari program uji MDTF ini, unit khusus baru dengan 41st Field Artillery Brigade sebagai fondasinya akan bereksperimen dengan kemampuan tersebut di Eropa.
“Kami belajar di Pasifik dan kami sekarang menerapkan kerangka kerja, metodologi, struktur yang sama di Eropa,” kata Letjen Joseph Anderson, Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Amerika.
MDTF memiliki 17st Field Artillery Brigade sebagai markas besar yang terintegrasi dengan intelijen, cyber, peperangan elektronik, dan detasemen ruang angkasa.
Angkatan Darat menguji satuan tugas itu awal tahun ini dalam latihan, seperti Rim of the Pacific. Dalam latihan itu, brigade penembak bekerja di Hawaii di bawah komandan Angkatan Laut Amerika. Bersama Pasukan Angkatan Darat Jepang mereka mampu menenggelamkan kapal yang dinonaktifkan dengan High Mobility Artillery Rocket System.
“Itu adalah langkah besar ke depan,” kata Anderson pertemuan tahunan Asosiasi Angkatan Darat Amerika Rabu 10 Oktober 2018. “Itu akan terus menginformasikan upaya multi-domain saat mereka pindah ke Eropa.”
Tahun lalu, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Mark A. Milley mengarahkan Angkatan Darat untuk mengembangkan rencana membangun MDTF yang dirancang untuk melawan kemampuan anti-acess /area denial atau A2AD.
Sebuah gugus tugas akan melakukan misi ini dengan menggunakan kemampuan organik dan multi-negara dengan semua domain yakni: udara, laut, darat, ruang angkasa, dan dunia maya, serta operasi informasi dan domain sumber daya manusia.
Komponen kunci dari pilot project adalah mengembangkan kemampuan serangan presisi jarak jauh, salah satu prioritas modernisasi Angkatan Darat.
Pada bulan Juni, Jenderal Robert B. Brown, komandan Pasukan Angkatan Darat Amerika di Pasifik, mengatakan ukuran satuan tugas di teaternya bisa mencapai 2.200 personel, dengan inti sekitar 500 hingga 800 yang ditugaskan secara permanen untuknya.
Untuk memajukan upaya interoperabilitas, ia juga mencatat gugus tugas ini diharapkan melakukan rotasi Pasifik Pathway mulai tahun depan, dengan kemungkinan di Jepang dan Australia.
Mayjen Kathryn Toohey, kepala kapabilitas darat Angkatan Darat Australia, menekankan bahwa operasi multi-domain seharusnya tidak melupakan aspek manusia. Dia mengatakan domain manusia memiliki potensi signifikan untuk mengatasi kekurangan di domain lain. “Terlepas dari semua kemajuan teknis kami, senjata tetap menjadi milik manusia,” katanya pada panel yang sama.
“Baik dalam masa damai, dalam persaingan atau konflik, manusia yang berperang, bukan mesin. Demikian pula, manusia yang berdamai. Mereka mendukung orang lain pada saat dibutuhkan dan bekerja sama dalam periode persaingan untuk membentuk atau mengatur kondisi untuk pencapaian kepentingan bersama. ”