Pada 14 April 1865, Presiden Amerika Abraham Lincoln dibunuh dengan satu tembakan di bagian belakang kepala.
Perang Saudara Amerika baru saja berakhir beberapa hari setelah menyerahnya Jenderal Robert E. Lee di Appomattox. John Wilkes Booth, aktor panggung terkenal, menembak Lincoln ketika presiden menonton pertunjukan di Ford’s Theatre di Washington, D.C.
Booth menggunakan single-shot, Philadelphia Deringer yang dirancang oleh Henry Deringer. Senjata ini memiliki barel 2,5 inci dan menembakkan peluru kaliber 0,44.
Dering pertama kali muncul pada 1852 dan dengan cepat menjadi populer terutama bagi mereka yang tidak ingin memakai sabuk senjata. Ukurannya yang kecil membuat mereka mudah disembunyikan. Mereka banyak disalin oleh produsen lain dan sering dijual berpasangan.
Ketika Booth menembak presiden, peluru masuk dekat telinga kirinya dan berhenti di atas mata kanannya.
Lincoln dan partainya sedang duduk di panggung khusus preseden. Polisi yang seharusnya menjaga meninggalkan posnya untuk pergi ke kedai terdekat. Booth masuk tanpa kesulitan.
Dia menutup pintu dan menunggu di belakang Lincoln. Dia menunggu waktunya agar bertepatan dengan tawa penonton dengan harapan suara itu akan menutupi ledakan pistol itu.
Tawa memang bisa menyembunyikan suara tembakan, tetapi jeritan Mary Lincoln segera menarik perhatian para penonton dan Mayor Henry Rathbone meneyrang Booth.
Si pembunuh menggunakan pisau dan menikam Rathbone di lengan bawah. Saat sang mayor menarik pistolnya, Booth menebas dadanya sebelum memanjat bagian depan kotak kepresidenan dan melompat 12 kaki ke bawah ke panggung, mematahkan kakinya.
Booth melarikan diri dengan menunggang kuda. Pasukan Union memburu dan membunuhnya dalam serangan di sebuah gudang 10 hari kemudian.
Lincoln kemudian mati karena lukanya. Pihak berwenang mengumpulkan semua konspirator Booth satu demi satu untuk diadili dan dieksekusi. Hari ini pistol Dering yang digunakan Booth dipamerkan di museum ruang bawah tanah Teater Ford.
Sumber: War is Boring