Potensi serangan dunia maya pada senjata dan jaringan navigasi satelit Inggris dapat menipu sistem rudal presisi untuk menyerang target yang salah.
The Times mengutip Patricia Lewis, Direktur Penelitian dan Keamanan Internasional di Chatham House, think tank yang bermarkas di London melaporkan Sabtu 13 Oktober 2018 serangan cyber terhadap satelit adalah hal yang paling mengkhawatirkan.
“Apa yang paling mengkhawatirkan kita adalah tidak begitu banyak upaya mencegah dan melindungu informasi [satelit] untuk lolos.”
Menurutnya, perhatian utama adalah “memanipulasi dan menipu sehingga informasi yang Anda dapatkan untuk sistem senjata Anda untuk penargetan atau untuk perintah dan kontrol adalah salah – dan Anda tidak tahu itu salah.”
Lewis menambahkan bahwa sistem ruang angkasa Eropa dan Amerika telah berulang kali menghadapi “uji cyberhacks yang sukses “.
Peringatan ini digemakan oleh Jack Watling, peneliti untuk perang darat di Royal United Services Institute, think tank angkatan bersenjata, yang memperingatkan bahwa spoofing sistem navigasi satelit akan memiliki konsekuensi yang jauh.
“Skenario terburuk adalah bahwa Anda mulai meluncurkan serangan presisi, katakanlah, titik kuat musuh dan justru mendarat di rumah sakit bukan pada target,” kata Watling.
Pernyataan para ahli datang setelah sebuah laporan oleh Kantor Akuntabilitas Pemerintah Amerika mengungkapkan bahwa Pentagon “secara drastis meningkatkan upaya untuk meningkatkan dan menguji ketahanan sistem persenjataannya” untuk kemungkinan serangan cyber.
“Dalam tes cybersecurity baru-baru ini terhadap sistem senjata utama yang dikembangkan Kementerian Pertahanan, para penguji yang memainkan peran musuh mampu mengendalikan sistem dengan relatif mudah dan beroperasi sebagian besar tidak terdeteksi,” kata survei itu.
Pada 2016, pemerintah Inggris berjanji untuk menyuntikkan sekitar US$348 juta ke dalam program penyelidikan kerentanan dunia maya yang baru. Kementerian Pertahanan pada saat itu bersumpah bahwa mereka siap untuk mengatasi “cyberthreats dari mana pun mereka berasal.”