Dalam sebuah wawancara dengan CBS, Presiden Amerika Donald Trump memperingatkan bahwa jika Saudi berada di balik hilangnya wartawan Saudi Jamal Khashoggi, Amerika akan memberikan “hukuman berat.”
Trump menyatakan Sabtu 13 Oktober 2018 bahwa Washington “akan sangat marah” jika pihak berwenang Saudi telah membunuh wartawan itu. Namun dia menambahkan bahwa Riyadh dengan keras menyangkal tuduhan tersebut.
Dia juga mengatakan bahwa ada banyak yang dipertaruhkan dengan kasus Khashoggi “mungkin terutama karena dia adalah seorang wartawan.”
Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Abdulaziz bin Saud bin Naif bin Abdulaziz mengutuk tuduhan yang beredar di media tentang perintah pihak berwenang untuk membunuh wartawan Saudi Jamal Khashoggi yang hilang di Turki. Dia mengatakan tuduhan itu bohong dan tidak mendasar.
Pertanyaannya, jika benar pemerintah Arab Saudi di balik pembunuhan Khasogi, Amerika akan berani memberikan sanksi? Mengingat Amerika sendiri memiliki pasar besar di negara tersebut, termasuk dalam hal senjata.
Trump sendiri sebelumnya mengatakan tidak akan menghentikan penjualan senjata ke Arab Saudi meski ada tekanan senator Amerika agar Trump memberikan sanksi kepada Saudi dibawah undang-undang Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka juga mempertanyakan dukungan pemerintah mereka ke Saudi yang menggunakan senjata dari AS untuk melakukan pembantaian di Yaman.
Trump enggan untuk melepaskan strategi terbaiknya dalam menjaga pengaruh Amerika di Timur Tengah. Presiden AS ke-45 itu juga mengatakan menghentikan penjualan senjata ke Saudi akan merusak perekonomian AS.
“Saya tidak bisa menghentikan uang dalam jumlah besar yang mengalir masuk ke negara kami, mereka menghabiskan US$110 miliar untuk perlengkapan militer,” kata Trump Jumat 12 Oktober 2018.
Penjualan senjata itu dilakukan setelah kunjungan pertamanya ke Timur Tengah sebagai presiden pada Juni 2017. Trump juga memperingatkan Saudi bisa beralih membeli senjata ke Rusia atau Cina.
Trump bersikeras sampai saat ini sikap Amerika masih sangat keras terhadap Arab Saudi dalam kasus Jamal Khashoggi. Penulis dan kontributor Washington Post tersebut hilang pada 2 Oktober lalu saat ia masuk ke dalam konsulat Saudi di Turki untuk mendapatkan dokumen pernikahan sementara tunangannya yang menunggu di luar mengatakan Khashoggi tidak pernah keluar dari kantor konsulat itu.
Pemerintah Turki khawatir Saudi telah membunuh dan menghilangkan Khashoggi. Tidak ada bukti selain rekaman video Khashoggi masuk ke dalam kantor konsulat Saudi. Turki juga menuduh ada sekitar 15 agen Saudi yang sudah mengincar Khashoggi.
Di Istanbul, media-media Turki menulis laporan pasukan elite, anggota tim intelijen, prajurit dan ahli autopsi Saudi terlibat dalam kasus ini. Beberapa laporan ditulis dengan sangat terperinci.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga terus menekan Saudi untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi agar investasi dan kerja sama Saudi-Turki lainnya tetap berjalan dengan baik.
“Jika hasilnya seburuk kemungkinan yang bisa terjadi, ada beberapa cara lain untuk mengatasi situasi ini,” kata Trump.
Trump tidak menjelaskan dengan cara apa ia akan mengatasi persoalan ini. Sebelumnya dalam acara televisi “Fox & Friends”, Trump mengatakan Amerika sudah mengirim penyidik dan mereka akan bekerja sama dengan pihak berwenang Turki.
Perwakilan otoritas negara-negara Teluk sepakat menyatakan sikap mereka berada di belakang Arab Saudi terkait kasus hilangnya jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi. Pernyataan ini menyusul dugaan adanya agenda massif dan terstruktur melalui media untuk mendeskreditkan Saudi.
Dalam pernyataan tersebut, mereka juga menegaskan upaya-upaya yang ditujukan kepada Saudi tersebut akan sia-sia dan menuding Qatar terlibat mendanai propaganda dan ekspolitasi kasus Jamal Khashoggi ini.
Menteri Luar Negeri Bahrain, Syekh Khalid bin Ahmad bin Muhammad Alu Khalifah mengatakan dalam akun twitternya,” Targetnya hanya satu yaitu Kerajaan Arab Saudi, bukan mencari kebenaran. “Tuding saja terus, saya yakinkan Anda, kami akan tetap bersama Saudi dengan ruh kami.”
Dalam cuitan lainnya, dia menulis bahwa kebencian, kegilaan, dan dusta yang bekelanjutan dari media Aljazeera, merefleksikan politik Qatar yang tak boleh ditoleransi.
Pernyataan sikap yang sama disampaikan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Syekh Abdullah bin Zayid. Dia menegaskan posisi UEA yang akan setia mendukung Saudi. Dalam akun twiternya, dia menulis cuitan, ”Kami berdiri bersama Saudi selalu, karena ini sikap kemuliaan, kehormatan, stabilitas, dan harapan.”