Taiwan: Kami akan Perkuat Pertahanan, Kami Takkan Tunduk Pada China
Presiden Tsai Ing-wen di atas kapal selam Taiwan / Daily Mail

Taiwan: Kami akan Perkuat Pertahanan, Kami Takkan Tunduk Pada China

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berjanji akan meningkatkan keamanan nasional dan menyatakan tidak akan tunduk kepada tekanan China meski Beijing meningkatkan tekanan untuk menegaskan kadaulatannya atas pulau dengan pemerintahan sendiri itu.

Keterangan Tsai muncul beberapa pekan menjelang pemilihan umum yang akan digelar akhir November. Pernyataan ini dipandang sebagai ujian bagi kinerja partai berkuasa dalam pemilihan presiden pada 2020.

“Pada saat ini, intimidasi China dan tekanan politik tidak hanya mencederai hubungan di antara kedua pihak itu, tetapi menantang secara serius stabilitas perdamaian di Selat Taiwan,” kata dia dalam pidato Hari Nasional di Taipei Rabu 10 Oktober 2018.

Taiwan akan meningkatkan anggaran pertahanannya tiap tahun untuk menjamin dirinya dapat mempertahankan kedaulatannya, kata Tsai, dengan meningkatkan kemampuan militer dan pemenuhan sendiri, termasuk memulai kembali pengembangan pesawat latih dan kapal selam canggih untuk dalam negeri.

China, yang memandang Taiwan sebagai provinsi bandel, telah meningkatkan tekanan militer dan diplomatik atas Taipei, mengarah kepada periode yang sulit bagi presiden itu dan Partai Progresif Demokratik (DPP) pimpinanya, yang menginginkan kemerdekaan Taiwan.

Tiga bekas sekutunya – El Salvador, Burkina Faso dan Republik Dominika – mengalihkan hubungan diplomatik ke Beijing tahun ini, dan militer China telah meningkatkan latihan-latihan di sekitar Taiwan, yang Taipei telah kutuk dan katakan sebagai intimidasi.

Tsai mengatakan Taiwan harus bekerja dengan negara-negara lain untuk membangun koalisi mempertahankan demokrasi  seraya mengucapkan terima kasih atas dukungan parlemen Eropa dan Amerika Serikat.

Bulan lalu, Kementerian Luar Negeri Amerika menyetujui penjualan suku cadang bagi pesawat-pesawat tempur F-16 dan pesawat militer lainnya senilai US$330 juta kepada Taiwan. Langkah yang diaktakan China akan membahayakan kerja sama China-Amerika.

China tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk memasukkan Taiwan di bawah kendalinya dan berulang-ulang menyebut pulau itu isu paling sensitifnya dalam hubungan dengan Amerika Serikat.

Hubungan dengan Bejing menukik tajam sejak Tsai naik ke tampuk kekuasaan pada 2016, dengan China menyangka ia ingin mendorong kemerdekaan resmi, yang menjadi garis merah bagi Beijing.