4 Senjata Yang Dibangun US Army untuk Menggedor Benteng Pertahanan Rusia
Artileri Paladin Amerika

4 Senjata Yang Dibangun US Army untuk Menggedor Benteng Pertahanan Rusia

Angkatan Darat Amerika menginginkan senjata baru untuk menghadapi potensi pertempuran intensitas tinggi melawan musuh papan. Salah satu prioritas mereka adalah kemampuan melakukan serangan jarak jauh atau long-range precision fires (LRPF).

Tujuan dari tim Long-Range Precision Fires adalah untuk mengejar jangkauan overmatch melawan pesaing mereka.

Kolonel John Rafferty, Direktur Tim LRPF yang merupakan bagian dari Komando Lapangan Angkatan Bersenjata yang baru dibentuk, mengatakan Angkatan Darat Amerika memang menghadapi tantangan dari berbagai sistem senjata terutama Rusia, seperti artileri, sistem peluncur roket ganda, dan jaringan pertahanan udara terpadu.

Angkatan bersenjata Amerika bertujuan untuk melibatkan musuh dalam operasi multi-domain, yang melibatkan lima wilayah pertempuran saat menyerang musuh yakni  darat, udara, laut, ruang angkasa, dan dunia maya.

Rafferty mendeskripsikan upaya LRPF sebagai fondasi bagi keberhasilan operasi multi-domain tersebut. “Tujuan kami adalah untuk menembus dan menghancurkan sistem anti-access/area denial (A2 / AD) musuh, yang akan memungkinkan kami untuk mempertahankan kebebasan manuver saat kami memanfaatkan jendela peluang,” tambahnya.

Berikut empat senjata yang dikembangkan US Army untuk menggedor benteng pertahanan Rusia.

Long-range hypersonic weapon and strategic long-range cannon

Pada tingkat tembakan strategis, Angkatan Darat sedang mengembangkan senjata hipersonik jarak jauh dan meriam strategis jarak jauh yang diharapkan dapat menembak pada target yang berjarak lebih dari 1.000 mil.

Dengan kedua sistem ini, Angkatan Darat  mengambil pendekatan komprehensif untuk masalah A2 / AD,  dengan menggunakan sistem hipersonik terhadap infrastruktur strategis dan target yang kuat dan kemudian menggunakan meriam untuk memberikan lebih banyak efek serangan dengan biaya yang lebih terjangkau untuk menghancurkan komponen lain dari kompleks A2 / AD.

Meriam jarak jauh strategis adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Meriam ini, menurut Rafferty, akan menjadi evolusi sistem yang ada di Angkatan Darat.Senjata ini diperkirakan akan besar hingga sulit untuk bergerak.  Namun US Army harus belajar dari bencana Angkatan Laut Amerika dengan perusak kelas Zumwalt yang proyektilnya sangat mahal.

Precision Strike Missile

Pada tingkat operasional, Precision Strike Missile memiliki lebih banyak kemampuan daripada sistem rudal taktis Angkatan Darat yang semakin tua dan akan diganti.

“Kemampuan pertama yang benar-benar terlintas dalam pikiran adalah jangkauan 499 km, karena kami dibatasi oleh perjanjian INF,” jelas Rafferty.

“Ini juga akan memiliki ruang di dasar rudal untuk mengintegrasikan kemampuan tambahan dan kemampuan itu akan melibatkan sensor  atau amunisi atau sensor fusi yang akan menjadikan lebih mematikan pada rentang yang jauh lebih panjang. ”

Extended Range Cannon Artillery

Pada tingkat taktis, Angkatan Darat Amerika mendorong pembangunan Extended Range Cannon Artillery dengan memodernisasi Paladin dan menggantikan turret dan tabung meriam dengan keluarga proyektil baru yang akan memungkinkan menembak pada jarak 70 km. Tetapi jarak ini adalah fase pertama dan nanti diharapkan akhirnya bisa memiliki jarak serang 120 dan 130 km.

Salah satu teknologi yang paling menjanjikan, menurut Rafferty adalah proyektil Ramjet bernapas-udara, meskipun Angkatan Darat juga bisa menggunakan motor roket padat.

Angkatan Darat telah menggandakan jangkauannya M777 Howitzer yang semula 30 km menjadi 62 km dengan sistem ERCA baru dalam pengujian baru-baru ini.

Sumber: Business Insider