Kesepakatan senjata baru antara Rusia dan India senilai US$ 5 miliar untuk penjualan sistem pertahanan S-400 menjadi tantangan terbaru untuk dominasi pertahanan Amerika.
Langkah itu dilakukan ketika ketika Pentagon sedang mencoba membentuk kembali prioritas militernya untuk menghadapi kemajuan militer Rusia dan China. Negara- negara yang menurut Pentagon kini “menjadi pesaing dekat ” militer Amerika.
Amerika dalam beberapa tahun terakhir berusaha keras menarik India menjadi sekutu kuat mereka. Namun fakta pahit harus dirasakan Washington ketika kemudian New Delhi tetap membeli S-400. Bahkan India tidak memperdulikan peringatan Amerika tentang kemungkinan pengenaan sanksi akibat keputusannya tersebut.
S-400 adalah salah satu sistem pertahanan udara utama Rusia, yang telah mengganggu Amerika. Sebelum ini Rusia juga berusaha menjual senjata tersebut ke Turki, sekutu penting Amerika lainnya. China dan Aljazair telah menerima S-400 yang mereka beli dari Rusia. Bahkan sejumlah sekutu Timur Tengah seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pernah menyebut-nyebut untuk juga memilikinya.
Penyebaran kemampuan S-400 menggarisbawahi kekhawatiran para komandan Amerika. Di lapangan, ia berfungsi dengan payung radar dan rudal yang dapat membatasi kemampuan militer Amerika untuk beroperasi secara bebas dan tanpa pembatasan dalam pertempuran.
Pengalihan fokus pada Rusia dan China oleh Pentagon terjadi di beberapa front. Pentagon diharapkan akan segera untuk mengeluarkan laporan strategi militer terbaru yang akan fokus pada pembangunan kembali pasukan Amerika.
Laporan juga akan memuat rekomendasi Jenderal Joseph Dunford, ketua Kepala Staf Gabungan, untuk mengalihkan pasukan dan peralatan amerika di seluruh dunia dari fokus memerangi terorisme di Timur Tengah menjadi fokus yang lebih besar untuk melawan dua negara tersebut.
Hal itu bisa menggeser upaya Amerika kembali ke pelatihan lebih untuk potensi konflik yang melibatkan pasukan lapis baja daripada operasi kontraterorisme yang menggunakan unit kecil.
Sebuah proposal rahasia untuk meningkatkan militer dan upaya unjuk kekuatan di seluruh dunia pada China dan mungkin Rusia, sedang dipertimbangkan. Seorang pejabat pertahanan Amerika menggambarkan bagian dari upaya ini sebagai cara “menekan” kedua negara untuk memahami bahwa mereka akan selalu berurusan dengan militer Amerika secara global meskipun mereka mengalami kemajuan teknologi atau militer.
Semua ini mengarah pada potensi pengurangan pasukan Amerika di Afrika dan Timur Tengah. Kepala Komando Pusat Amerika menegaskan itu bukan masalah bagi jalannya operasi di Teluk Persia, Irak, Suriah dan Afghanistan.
“Kami berada di era baru kompetisi kekuatan besar dan kami telah merencanakannya dengan baik,” kata Jenderal Joseph Votel sebagaimana dilaporkan CNN Senin 8 Oktober 2018.
Penjualan senjata Rusia ke India hanyalah salah satu upaya Moskow untuk melenturkan profil militernya dan membuatnya lebih menantang bagi Amerika untuk berurusan dengan militer mereka. Ada kekhawatiran bahwa peningkatan kapal selam Rusia akan membuat Amerika lebih sulit untuk mendeteksi mereka saat beroperasi di bawah air. Hal inin memberi Rusia kebebasan lebih luas untuk bergerak bahkan di lepas pantai Amerika.
“Orang-orang Rusia juga menempatkan rudal jelajah dari kapal selam di Mediterania yang dapat menjangkau salah satu ibu kota di Eropa,” kata Adm. James Foggo, komandan Angkatan Laut Amerika di Eropa dan Komando Pasukan Gabungan NATO.
Fogo secara terbuka mengatakan kekhawatirannya tentang kemajuan kapal selam Rusia dan hal ini akan menjadi perhatian Amerika dan sekutu NATO.
Bulan lalu, Foggo juga memberi peringatan tentang teknologi kapal selam Rusia. “Saya pikir kapal selam Rusia hari ini mungkin adalah yang paling senyap dan mematikan di dunia, dengan pengecualian milik kita sendiri,” katanya.
Rusia juga menantang NATO dan Amerika dengan rudal jelajah darat lainnya yang telah lama disebut Amerika melanggar perjanjian pengawasan senjata. Amerika telah mencoba menekan Rusia agar menyerahkan rudal, tetapi tidak berhasil.
Menteri Pertahanan James Mattis tidak akan mengatakan bagaimana pemerintahan Trump berencana menanggapi Rusia atas rudal itu. “Kami akan menanggapi seperti dengan apa yang kami anggap tepat,” kata Mattis.
Namun para pejabat Amerika menegaskan kemajuan dalam teknologi kapal selam dan senjata baru Rusia lainnya tidak akan menghentikan militer Amerika, tetapi program-program ini mulai mendorong militer Amerika untuk mencari cara bagaimana menangani Rusia dan China.