Sebelum Ada Pemilu, Turki Takkan Pergi dari Suriah
Erdogan

Sebelum Ada Pemilu, Turki Takkan Pergi dari Suriah

Suriah sepertinya masih akan menjadi negara dengan banyak kekuatan internasional bermain di dalamnya. Setelah Rusia bersama Iran serta Amerika tidak akan meninggalkan wilayah tersebut, Turki pun mengatakan hal yang sama.

Presiden Turki Tayyip Erdogan menyatakan negaranya tidak akan meninggalkan Suriah hingga rakyat Suriah menyelenggarakan pemilihan umum.

“Kapan saja rakyat Suriah mengadakan pemilihan umum, kami akan meninggalkan Suriah kepada pemiliknya setelah mereka mengadakan pemilihan umum,” kata Erdogan di acara di Istanbul Kamis 4 Oktober 2018.

Erdogan sepakat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan lalu untuk membentuk daerah bebas militer antara pemberontak dan tentara di bagian utara Suriah. Turki juga memiliki pasukan di Afrin, kawasan bagian barat laut Suriah, dan ke arah sebelah timur sekitar Jarablus.

Presiden Erdogan juga mengatakan pada Kamis bahwa Turki tidak mengalami kesulitan dalam mengadakan pembicaraan dengan kelompok keras di Idlib, kantung utama terakhir dikuasai pemberontak dan di luar kendali Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Hayat Tahrir al-Sham, yang mencakup kelompok terkait Alqaida dan dulu dikenal dengan nama Fron Nusra, merupakan aliansi paling kuat di Idlib. Turki memasukkan kelompok tersebut ke dalam daftar organisasi teroris pada Agustus, sesuai dengan keputusan yang dibuat PBB pada Juni.

Pada bulan lalu, dalam pertemuan tingkat tinggi di Sochi, Erdogan dan Putin setuju untuk membuat zona bebas militer dan pada 15 Oktober kelompok-kelompok radikal mundur.

Pada Kamis, Erdogan mengatakan selain itu Turki mendirikan 12 pos pengamatan di kawasan itu, Rusia mempunyai 10 pos dan Iran enam pos.

“Mengamankan jalur itu berarti mengamankan Idlib,” kata dia, “Kami telah mulai memperkuat pos pengamatan kami.”