Jet tempur siluman F-22 dan F-35 Amerika diizinkan untuk terbang lebih cepat selama misi penyebaran mereka. Hal ini sebagai upaya untuk mengurangi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan misi dan jumlah bahan bakar yang diperlukan.
Angkatan Udara Amerika Serikat dalam rilisnya yang dikutip Air Force Magazine Kamis 4 Oktober 2018 mengatakan Kantor Energi Operasional USAF menetapkan bahwa selama misi Coronet F-22 dan F-35 dapat terbang lebih dekat ke kecepatan maksimum mereka meskipun mereka harus tetap dalam batas boom.
Coronet merupakan pengerahan jarak jauh di mana pesawat tidak mendarat dan harus melakukan pengisian bahan bakar di udara.
Persetujuan ini dikeluarkan mengikuti hasil demonstrasi penerbangan yang dilakukan pada Agustus 2017, di mana enam F-22 terbang lima jam dari Alaska ke Hawaii didukung oleh dua KC-10.
Selama penerbangan, satu kelompok F-22 dengan satu tanker terbang dengan kecepatan yang lebih tinggi, sementara kelompok Raptor yang bertindak sebagai kelompok kontrol dan juga sebuah tanker terbang dengan profil penerbangan standar.
Pengujian menunjukkan dengan menempuh kecepatan tinggi pesawat memotong 10 persen total waktu penerbangan dan 6 persen dari kebutuhan bahan bakar.
Misi Coronet membutuhkan bahan bakar tinggi hingga harus lusinan kali melakukan pengisian bahan bakar. Sebagai contoh, ketika F-35B Korps Marinir Amerika dikerahkan ke Jepang pada Januari 2017, tanker USAF mengisi bahan bakar pesawat sebanyak 250 kali untuk mengirimkan 766.000 pon bahan bakar.
Misi pada Januari itu memunculkan frustrasi di Korps Marinir, dengan komandan saat itu menyerukan perubahan untuk mengurangi jumlah pengisian bahan bakar yang diperlukan.