Tiga Penawaran Tak Cocok, Jepang Kembangkan Sendiri Jet Tempur Pengganti F-2
F-2

Tiga Penawaran Tak Cocok, Jepang Kembangkan Sendiri Jet Tempur Pengganti F-2

Kementerian Pertahanan Jepang akhirnya memutuskan untuk mengembangkan pesawat baru sendiri guna menggantikan pesawat tempur F-2. Langkah ini diambil karena proposal dari tiga perusahaan Amerika dan Inggris untuk jet tempur pengganti gagal memenuhi persyaratan biaya dan kemampuan yang diminta kementerian.

Pejabat pemerintah mengatakan kepada Mainichi Shimbun kementerian berencana untuk memasukkan proyek tersebut ke dalam program pertahanan jangka menengah lima tahun berikutnya yang akan disusun pada akhir tahun, dengan mengawasi program pengembangan bersama dengan perusahaan asing untuk menurunkan beban keuangan secara keseluruhan, yang dapat mencapai triliunan yen.

Kementerian Pertahanan juga berharap untuk melanjutkan memperkenalkan komponen utama seperti mesin yang menggabungkan teknologi Jepang sendiri.

Mainichi Shimbun melaporkan Kamis 4 Oktober 2018, sebanyak 92 F-2 dimiliki oleh Angkatan Udara Bela DiriJepang dan akan mulai mencapai akhir masa layan mereka di tahun 2030-an. Adopsi cepat dari rencana penggantian diperlukan karena pengembangan jet tempur bisa memakan waktu 10 tahun atau lebih.

Sebagai tanggapan atas permintaan pemerintah untuk proposal, tiga produsen Amerika dan Inggris menyampaikan penawaran. Lockheed Martin menawarkan pesawat yang menggabungkan teknologi F-22 dan F-35, Boeing mengajukan F-15 dan BAE menawarkan Eurofighter Typhoon.

Namun, F-22 dengan teknologi F-35 diyakini akan sangat mahal  selain juga tidak ada jaminan dari pemerintah Amerika Serikat untuk mengizinkan ekspor teknologinya. Dua proposal lainnya juga gagal memenuhi persyaratan kementerian.

Pilihan yang tersisa adalah membangun jet tempur di dalam negeri yang mendapat dukungan dari kelompok industri pertahanan dan beberapa anggota parlemen Partai Demokrat Liberal yang berkuasa. Namun, sejumlah tantangan termasuk biaya yang sangat tinggi dan kurangnya pengalaman pengembangan yang memadai di pihak perusahaan Jepang masih menjadi kendala untuk proyek tersebut.

Kementerian sejauh ini telah menginvestasikan sekitar 190 miliar yen atau sekitar Rp25 triliun untuk melakukan studi teknis tentang mesin dan sistem elektronik untuk jet tempur generasi mendatang, tetapi mesin yang dikembangkan masih diuji untuk menentukan kemampuan dasarnya dan tidak ada rencana untuk tes penerbangan.

Oleh karena itu, pemerintah mencari jalan untuk berbagi beban keuangan dengan mitra Inggris atau Jerman-Prancis karena mereka juga mencari pengembangan jet generasi mendatang.

Tetapi program internasional dapat menyebabkan kesulitan dalam mengoordinasikan persyaratan karena perbedaan tenggat waktu, kemampuan dan pembagian tugas.