Angkatan Udara Israel harus semakin bergantung pada kemampuan stealth jet tempur F-35 jika ingin melanjutkan serangannya ke Suriah yang telah diperkuat dengan sistem pertahann udara S-300.
Galei Tzahal (Radio Angkatan Darat Israel) melaporkan kebebasan Israel menyerang Suriah telah sangat dirusak oleh transfer sistem pertahanan udara S-300 Moskow dan perangkat keras yang menyertainya ke Damaskus.
Selain itu tekad Moskow untuk mengganggu radar, navigasi, dan sistem komunikasi pada setiap pesawat yang menyerang sasaran di Suriah melalui pantai Mediterania akan makin mempersulit misi F-15 dan F-16 Israel.
Jadi, untuk menghindari ancaman potensial terhadap pesawat tempur mereka, Israel akan lebih mengandalkan F-35 untuk melaksanakan misinya di Suriah.
“Serangan yang akan datang tidak akan menjadi yang pertama, tetapi mereka akan lebih aman untuk pilot mengingat realitas baru di langit Suriah,” kata sumber dalam IAF mengatakan kepada Galei Tzahal dan dikutip Russia Today Kamis 4 Oktober 2018. Stasiun radio itu juga menekankan bahwa Israel memiliki niat untuk menggunakan senjata paling mahal di dunia tersebut.
Tel Aviv telah membeli 50 unit F-35, yang dikenal di Israel dengan Adir. Sebanyak delapan pesawat telah dipindahkan ke Israel, sementara 33 lainnya diperkirakan tiba pada 2021.
Secara teori, kemampuan siluman dan sensor radar yang canggih memungkinkan jet tempur ini bisa beroperasi tanpa terdeteksi di dalam wilayah musuh dan untuk menghindari sistem pertahanan rudal canggih seperti S-300.
Namun semuan masih dalam itungan teori karena F-35 belum pernah bertemu dengan sistem pertahanan udara semampu S-300. Belum lagi jika didukung dengan sistem elektronik lain yang akan membantu S-300 menjalankan tugasnya.