Keputusan Rusia untuk mengirimkan sistem pertahanan udara S-300 ke Suriah ditanggapi santai oleh koalisi Amerika anti ISIS. Menurut mereka, keberadaan senjata canggih itu tidak akan mengubah apapun.
Rusia memutuskan untuk mengirimkan sistem pertahanan udara S-300 kepada Suriah setelah lama tertunda akibat tekanan Israel. Keputusan itu muncul setelah pesawat Il-20 Rusia jatuh oleh pasukan Suriah yang menargetkan jet F-16 Israel saat menyerang fasilitas di provinsi Suriah Latakia.
Juru bicara koalisi Amerika Kolonel Sean Ryan mengatakan keputusan Rusia untuk menyediakan Suriah dengan senjata itu tidak berdampak pada pasukan pimpinan Amerika di lapangan sejauh ini.
“Itu tidak mengubah apa pun,” kata Ryan Selasa 2 Oktober 2018. “Memang selalu menjadi perhatian ketika ada sebuah peralatan baru dibawa ke wilayah itu tetapi kami memiliki proses dekonflik dengan mereka [Rusia] yang kami rencanakan untuk digunakan.”
Ryan sebagaimana dilaporkan Sputnik menambahkan pada titik ini, proses deconfliction belum digunakan untuk mengatasi ancaman S-300.
Pernyataan ini berbeda dengan apa yang disampaikan Penasihat Keamanan Gedung Putih John Bolton yang menyebut memasok Suriah dengan sistem pertahanan rudal canggih akan menjadi kesalahan besar dan Rusia harus dipertimbangkan kembali.
“Kami pikir mengirimkan S-300 kepada pemerintah Suriah akan menjadi eskalasi signifikan oleh Rusia dan sesuatu yang kami harap, jika laporan pers ini akurat, mereka akan mempertimbangkan kembali,” kata Bolton sebagaimana dilaporkan Defense News Selasa 25 September 2018.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem mengatakan bahwa sistem pertahanan udara memiliki kapasitas yang cukup untuk menanggapi ancaman Israel ke negara itu.