Amerika Serikat mengkritik serangan rudal Iran pada sasaran di Suriah timur sebagai tindakan ngawur, sembrono, tidak aman dan akan meningkatkan eskalasi.
Juru bicara Pentagon Cmdr. Sean Robertson dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke VOA mengatakan Iran tidak mengambil langkah-langkah untuk memberi tahu kekuatan militer lainnya yang beroperasi di Suriah saat akan melakukan serangan rudal hari Senin.
“Tidak seperti Irankekuatan militer profesional seperti yang dimiliki oleh koalisi pimpinan Amerika di Suriah dan Rusia selalu memastikan keamanan maksimum,” katanya.
#Iran strikes back! #IRGC strikes ringleaders of #AhvazTerrorAttack east of #Euphrates. pic.twitter.com/6fPTX6JlGj
— Press TV 🔻 (@PressTV) October 1, 2018
Korps Pengawal Revolusi Islam Iran mengatakan enam rudal yang diluncurkan dari provinsi barat laut Kermanshah terbang di atas Irak tengah dan menyerang sasaran di kota Suriah timur Albu Kamal, dekat perbatasan Irak. Juga disebutkan sejumlah drone ikut melakukan serangan.
IRGC mengatakan militan yang ditargetkan termasuk adalah kelompok ISIS yang terlibat dalam serangan 22 September terhadap parade militer Iran di kota Ahvaz yang menewaskan setidaknya 25 orang.
VOA melaporkan pasukan koalisi yang dipimpin Amerika juga telah menargetkan militan ISIS di Suriah timur sebagai bagian dari operasi selama bertahun-tahun untuk membasmi kelompok tersebut dari Suriah dan Irak.
https://www.youtube.com/watch?v=tZMrRfldzoo
Robertson mengatakan koalisi lebih dari mampu dan tidak butuh bantuan Iran untuk mengalahkan sisa-sisa ISIS di wilayah Lembah Sungai Eufrat yang membentang dari Suriah timur ke Irak barat.
“Mengingat sifat kompleks ruang pertempuran, serangan tersebut berpotensi membahayakan pasukan yang secara aktif memerangi ISIS di Suriah,” katanya.
Robertson mengatakan tidak ada pasukan koalisi yang dirugikan dalam serangan rudal Iran. Namun dia mengatakan militer Amerika masih menilai serangan itu.
Juru bicara Pentagon ini juga mengkritik serangan rudal Iran atas wilayah udara Irak. “Menembak rudal melalui wilayah udara yang tidak terkoordinasi merupakan ancaman terhadap penerbangan sipil dan militer,” kata Robertson.
Iran belum mengatakan apakah pihaknya mencari izin Irak untuk serangan itu. Tidak ada laporan tentang tanggapan pemerintah Irak terhadap serangan rudal Iran pada Senin 1 Oktober 2018 malam tersebut.
Televisi pemerintah Iran menyiarkan cuplikan rekaman rudal yang diluncurkan, bersama dengan komentar yang mengatakan serangan ini menjadi tamparan di wajah terhadap musuh-musuh Iran, termasuk Amerika, Israel dan Arab Saudi.
Namun, analis pertahanan Iran, Babak Taghvaie, mantan komandan angkatan udara Iran melalui Twitter mengatakan bahwa beberapa rudal jarak menengah Qiam yang digunakan dalam serangan gagal setelah diluncurkan. Dia juga berbagi klip video yang disebut menunjukkan rudal atau bagian rudal jatuh dan memicu kebakaran di daerah pedesaan Kermanshah.
“Dua dari rudal balistik Qiam-1 gagal beberapa detik setelah peluncuran mereka dan jatuh di desa Sarab-e Yavari dekat kota Kermanshah, namun mereka tidak membunuh warga sipil dan menghancurkan dua peternakan, tetapi mereka membuktikan bahwa rudal balistik IRGC sangat tidak bisa diandalkan,” tulisnya.
https://twitter.com/BabakTaghvaee/status/1046616952708435968
Kantor berita yang dikelola negara Iran Mehr kemudian mengutip Gubernur Kermanshah, Jenderal Houshang Bazvand, yang membantah bahwa ada misil gagal.
Serangan rudal Senin adalah yang ketiga dilakukan oleh Iran di wilayah tetangganya sejak tahun lalu. Pada Juni 2017, Iran menembakkan rudal pada target ISIS di Suriah sebagai tanggapan terhadap serangan mematikan pada parlemen Iran dan kuil Ayatollah Ruhollah Khomeini di Teheran. Bulan lalu, Iran juga melakukan serangan rudal terhadap basis Irak dari kelompok separatis Kurdi Iran.
Dalam wawancara dengan VOA Persia, analis Hudson Institute Michael Pregent mengatakan serangan rudal Iran di daerah di mana pasukan Amerika beroperasi akan dianggap sebagai provokasi serius oleh Washington.
“Amerika Serikat sekarang harus berpikir menempatkan aset pertahanan udara di Irak untuk melindungi terhadap rudal Iran yang diluncurkan di seluruh Irak untuk menargetkan sasaran kelompok teroris,” kata Pregent.