Rekor Terlama, Boeing 747 Kuwait Airways 16 Hari Dibajak

Rekor Terlama, Boeing 747 Kuwait Airways 16 Hari Dibajak

Sebuah jumbo jet Boeing 747 Kuwait Airways Penerbangan 422  dibajak ketika dalam perjalanan dari Bangkok, Thailand, ke Kuwait pada tanggal 5 April 1988. Ini adalah awal dari krisis yang berlangsung selama 16 hari dan menjadi kisah pembajakan terlama di dunia.

Pembajakan dilakukan oleh beberapa gerilyawan Lebanon yang menuntut pembebasan 17 tahanan Syiah yang ditahan Kuwait karena peran mereka dalam pemboman Kuwait tahun 1983. Pembajak kemudian memaksa pesawat mendarat di Mashad Iran.

Kuwait mengirim pejabat untuk bernegosiasi dengan kelompok penyandera, tapi pembicaraan buntuk karena mereka menolak untuk melepaskan tahanan. Dua sandera tewas selama pengepungan, sebelum akhirnya berakhir di Algiers pada 20 April. Ini adalah menjadi salah satu pembajakan terpanjang di dunia.

Pada 5 April 1988 pesawat 4122 dengan 112 penumpang dan awak kapal, termasuk tiga anggota keluarga kerajaan Kuwait. Tiga jam setelah terbang dai Bangkok, tepatnya di atas Teluk Oman sejumlah pria Lebanon bersenjatakan senapan dan granat tangan mengambil kendali dari pesawat.

pembajakan 2

Para pembajak memaksa pilot untuk terbang ke Iran. Awalnya pihak berwenang menolak mengizinkan pesawat untuk mendarat, namun kemudian memberi persetujuan dengan alasan bahan bakar pesawat akan habis.

Setelah mendarat di Masyhad, para pembajak mengeluarkan permintaan mereka untuk membebaskan 17 gerilyawan yang ditahan Kuwait. Mereka mengancam akan meledakkan pesawat jika ada yang mendekatinya, dan membunuh tiga anggota kerajaan Kuwait jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

Para pembajak yang berjumlah enam hingga tujuh orang termasuk Hassan Izz Al-Din, yang sebelumnya telah terlibat dalam pembajakan pesawat TWA 847 tahun 1985. Setelah negosiasi dengan Perdana Menteri Iran 25 sandera dibebaskan. Mereka yang dibebaskan adalah 24 perempuan dan seorang pria yang mengalami gangguan jantung.

Sebanyak 32 penumpang juga diizinkan untuk meninggalkan pesawat pada tanggal 7 April setelah pemerintah Kuwait mengirim tim perunding ke Iran guna berbicara dengan para pembajak.

Namun negosiasi selanjutnya buntu karena dukungan Kuwait pada Irak yang sedang berkonflik dengan Iran pada saat itu. Tidak ada lagi sandera yang dibebaskan di Iran, dan pembajak memaksa otoritas untuk mengisi bahan bakar pesawat dengan mengancam untuk lepas landas dengan tangki bahan bakar hampir kosong jika tidak dituruti.

Pesawat kemudian lepas landas dari Mashhad pada 8 April, namun ditolak izin mendarat di Beirut di Lebanon dan Damaskus, Suriah. Namun, setelah tujuh jam pihak berwenang Siprus memberi izin untuk itu untuk mendarat di Larnaca dan negosiasi dilanjutkan. Para pejabat dari Siprus dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) terlibat dalam pembicaraan dengan para pembajak.

Hasilnya sebanyak 12 orang dibebaskan pada tanggal 12 April. Namun, pada periode yang sama dua penumpang, Abdullah Khalidi, 25, dan Khalid Ayoub Bandar, 20, keduanya Kuwait, ditembak mati oleh para pembajak dan dibuang di landas pacu di Siprus. Pembajak menuntut lebih banyak bahan bakar. Mereka juga mengancam akan menerbangkan pesawat ke Royal Palace Kuwait dan menabrakkan pesawat ke istana tersebut.

Pesawat kemudian diisi bahan bakar dan pada 13 April lepas landas menuju Aljazair, yang telah memberikan izin untuk mendarat, Dan selama seminggu terakhir pembajakan akhirnya berakhir di Bandara Houari Boumedienne Aljazair. Aljazair  yang telah menjadi pemain kunci dalam resolusi krisis sandera Iran 1981 memulai pembicaraan dengan para pembajak ketika pesawat mendarat.

Djuma Abdallah Shatti, sandera penderita diabetes, dibebaskan pada tanggal 14 April , meninggalkan 31 orang masih di pesawat. Setelah itu kelompok mengeluarkan pernyataan di mana mereka mengatakan “Kami bukan bandit jalanan. Kami adalah orang-orang yang punya prinsip. Dua penumpang yang tersisa kemudian berbicara kepada menara kontrol di Aljir mendesak tuntutan pembajak harus dipenuhi atau mereka yang masih di pesawat dan akan dibunuh.

Pembajak kembali meminta bahan bakar pada 16 April. Pemerintah Aljazair atas permintaan pemerintah Arab Saudi dan Kuwait berusaha agar pesawat tetap di daerat. Tetapi pembicaraan itu terhenti ketika kedua belah pihak mencapai kebuntuan. Aljazair menyalahkan keengganan Kuwait untuk membahas 17 tahanan, yang digambarkan sebagai pemberontak.

Pada April 18 anggota tim nasional sepak bola Kuwait menawarkan untuk menggantikan tempat para sandera. Pada hari yang sama salah satu anggota Royals Kuwait di atas pesawat, Pangeran Fadhal al-Sabah, mendesak pemerintah negaranya untuk melepaskan tahanan.

Kelompok ini kemudian merilis sandera terakhir mereka pada tanggal 20 April, sebelum menyerah diri kepada pihak berwenang Aljazair. Kuwait tetap tidak membebaskan 17 tahanan dan para pembajak diizinkan meninggalkan Aljazair.

Sebelum menyerah,  mereka mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka akan terus berjuang untuk pembebasan para tahanan. Mereka kemudian diterbangkan ke tujuan yang dirahasiakan dan itu menjadi akhir dari krisis yang berlangsung selama 16 hari.