Sejumlah media China beberapa waktu lalu melaporkan bahwa China menghadapi masalah untuk mendapatkan jet tempur yang akan beroperasi dari kapal induk mereka yang baru. Mereka memang telah memiliki J-15, tetapi pesawat ini disebut memiliki banyak masalah.
Kapal induk pertama yang dibangun China dan dikenal sebagai Type 001A sedang menjalani pengujain dan akan segera bergabung dengan Liaoning, kapal induk yang dibeli dari Ukraina.
J-15 semula diharapkan akan menjadi sayap tempur andalan kapal induk China. Namun Asia Times mencatat bahwa media China telah meremehkan pesawat tersebut karena ketidakmampuannya untuk beroperasi secara efektif dari kapal induk .
Mesin J-15 dan bobotnya yang berat sangat membatasi kemampuan pesawat tersebut untuk beroperasi secara efektif. Dengan berat kosong 17,5 ton, J-15 jauh lebih berat dibandingkan F/A-18 Angkatan Laut Amerika yang hanya berbobot 14,5 ton.
Pada awal Juli, Sputnik melaporkan Angkatan Laut China sedang mencari cara untuk menggantikan J-15, yang juga mengalami masalah besar dengan sistem kontrol penerbangan dan telah mengalami sejumlah kecelakaan profil tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa sumber berspekulasi bahwa pesawat baru yang didasarkan pada JC-31 Gyrfalcon yang dibangun Shenyang Aircraft Corporation akan jadi pilihan.
“Jet tempur baru berbasis kapal induk untuk menggantikan J-15 sedang dikembangkan,” kata Letnan Jenderal Zhang Honghe, wakil kepala Angkatan Udara China, mengatakan kepada South China Morning Post Juli 2018 lalu.
Ahli militer Rusia Vasily Kashin menyebut J-15 tetap akan menjadi pilihan sementara dan harus menjalani upgrade regular.
“Saya tidak yakin J-31 berbasis kapal induk pertama akan mencapai tahap awal kesiapan tempur sebelum pertengahan 2020-an. Sampai saat itu, mereka harus terus melakukan dengan J-15,” kata pakar tersebut.
Jika J-15 bermasalah, menurut Kashin, itu juga karena salah China sendiri. Mereka memilih mencuri teknologi daripada membangun pesawat dengan lisensi resmi.
“Bertahun-tahun yang lalu Cina memutuskan untuk menghemat uang. Daripada membeli beberapa Su-33 dari Rusia untuk produksi lisensi di China, mereka memilih prototipe Su-33 di Ukraina,” kata Kashin.
Sukhoi Su-33, lanjutnya dikembangkan dari Su-27 Flanker yang akan digunakan pada kapal induk Laksamana Kuznetsov Rusia yang juga saudara Liaoning dengan jalur peluncuran yang sama. Sementara pesawat yang dibeli China dari Ukraina masih prototipe yang dikenal sebagai T-10K-3.
“Mendapatkan pesawat yang tidak lagi layak terbang, mereka mulai mengembangkan salinan yang lebih baik,” kata Kashin. J-15 muncul sebagai rekayasa terbalik dari prototipe menjadi dumber masalah, termasuk pemahaman yang tidak lengkap tentang kemampuan dan keterbatasan badan pesawat. J-15 pertama terbang pada tahun 2012.
“Akibatnya, pengembangan J-15 membutuhkan lebih banyak waktu dan uang lebih dari yang diharapkan, dan pesawat terbukti kurang dapat diandalkan,” kata Kashin.
“Dengan menghabiskan lebih banyak waktu dan uang lagi, China mungkin baru akan menyelesaikan masalah mereka sekarang dan akan mendapatkan jet tempur berbasis pembawa yang cukup andal dan kuat.”