Menteri urusan Eropa Prancis Nathalie Loiseau menyebut Menteri Dalam Negeri Italia Matteo Salvini berperilaku seperti Pontius Pilatus, pejabat Romawi penghukum mati Yesus Kristus, atas sikapnya terhadap pengungsi.
Loiseau menyatakan itu di radio Prancis RTL saat membahas keadaan kapal penyelamat Aquarius di laut Tengah.Prancis, Portugal, Spanyol dan Jerman pada Selasa sepakat menerima pengungsi dari kapal itu, yang berlayar di lepas pantai Malta sesudah Italia menolak mengizinkan kapal tersebut berlabuh.
“Pak Salvini hari ini, dia seperti Pontius Pilatus. Itu tidak pantas,” kata Loiseau kepada radio RTL dan dikutip Reuters Rabu 26 September 2018.
Beberapa jam sebelumnya, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan kepada wartawan bahwa Italia telah “memutuskan untuk tidak lagi mengikuti hukum internasional, khususnya hukum maritim kemanusiaan”.
Salvini, balik menuduh Macron munafik dengan mengatakan Prancis telah menarik lebih dari 50.000 migran dari perbatasan Italia dalam beberapa bulan terakhir.
“Kami tidak menerima pelajaran tentang hak atau kemanusiaan dari Tuan Macron,” kata Salvini dalam sebuah pernyataan.
Salvini, pemimpin sayap kanan dan juga wakil perdana menteri Italia, mengambil pendekatan garis keras pada masalah pengungsi, yang tiba di Italia dari Afrika dan Timur Tengah. Pada awal bulan ini, ia di pertemuan Eropa menyamakan pengungsi Afrika dengan budak.
Prancis, Portugal, Spanyol dan Jerman pada Selasa mencapai kesepakatan untuk menerima kedatangan pengungsi dari perairan Malta.
Pengungsi itu berada di kapal penyelamat Laut Tengah, Aquarius, yang berlayar di perairan Malta. Kesepakatan itu dicapai setelah Itala menolak kapal tersebut berlabuh di wilayahnya.
Perjanjian di antara keempat negara tersebut menjadi kerja sama serupa kedua di antara negara Eropa sejak koalisi baru Italia pada awal tahun ini menutup pelabuhan negara itu bagi kapal pembawa pendatang, yang diselamatkan dari Laut Tengah.
Portugal mengatakan setuju menerima 10 hingga 58 pendatang dari kapal itu sebagai bagian dari “kesetiakawanan atas gelombang pengungsi, yang berupaya mencapai Eropa dengan menyeberangi Laut Tengah”.
Malta mengatakan pengungsi itu akan dipindahkan ke sebuah kapal patroli di perairan internasional dan dibawa ke pulau. Para petugas di pulau kemudian akan mengirim mereka ke empat negara anggota Uni Eropa lainnya.
Belum ada kejelasan soal berapa banyak pengungsi akan diambil oleh Spanyol dan Jerman. Namun, sumber pada pemerintahan Prancis mengatakan Prancis sendiri akan menerima 18 orang.
Kantor perdana menteri Prancis mengatakan Aquarius, yang daftarnya dicabut oleh Panama awal pekan ini, akan berlayar ke Marseille setelah para penumpangnya diturunkan.
“Malta dan Prancis kembali tampil untuk menyelesaikan kebuntuan soal pengungsi tersebut,” kata Perdana Menteri Malta Joseph Muscat di Twitter.
Ia menambahkan bahwa dirinya, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin negara lainnya ingin menunjukkan bahwa pendekatan multilateral adalah langkah yang memungkinkan untuk dijalankan.
Pada Agustus, Prancis dan Malta mencapai kesepakatan untuk mengizinkan Aquarius berlabuh di pelabuhan Valletta setelah Prancis, Jerman, Luksemburg, Portugal dan Spanyol setuju untuk menerima para migran. Kesepakatan itu mengakhiri pertentangan selama lima hari di antara negara-negara Uni Eropa.
Aquarius 2 merupakan satu-satunya kapal penyelamat sukarela yang masih beroperasi di Laut Tengah bagian tengah. Kapal itu menyelamatkan pengungsi, yang kebanyakan berupaya mencapai Eropa dari Libya dengan menaiki kapal-kapal yang tidak layak berlayar serta kelebihan penumpang.
Italia menjadi jalur utama ke Eropa bagi ratusan ribu pencari suaka. Mereka tiba melalui laut sejak jalur utama lain, yaitu dari Turki ke Yunani, ditutup pada 2016.