Sejumlah pihak meyakini bahwa dengan keberadaan S-300 di Suriah akan membuat Israel kesulitan untuk melakukan serangan ke negara tersebut. Tetapi juga harus diakui, Israel memiliki modal penting untuk bisa menembus sistem pertahanan udara canggih buatan Rusia tersebut.
Selama ini Israel memang seperti bebas berkeliaran di langit Suriah untuk melakukan serangan rudal dengan berbagai dalih. Kehadiran S-300 setidaknya memang akan memperkuat payung langit Suriah yang selama ini mengandalkan sistem yang lebih tua yakni S-200. Bahkan dengan S-200 beberapa kali jet-jet tempur Israel dipaksa lari tunggang-langgang
S-300 adalah sistem pertahanan rudal era Perang Dingin pertama kali digunakan oleh Uni Soviet pada tahun 1979. Meskipun secara teknis generasi baru telah muncul yakni S-400 (dan S-500 juga tengah dikembangkan) tetapi S-300 tetap menjadi sistem rudal pertahanan udara yang akan mengubah permainan.
Sistem ini sangat disegani karena memiliki jangkauan operasional sekitar 93 mil dan dapat menembak jatuh pesawat dan rudal. Kemampuannya untuk melacak beberapa target secara bersamaan membuatnya menjadi sangat berbahaya bagi skuadron pesawat musuh.
Tetapi Israel bukan negara yang lemah dan memiliki pengalaman tempur yang tinggi. Ratusan kali mereka melakukan misi serangan dan menembus pertahanan lawan. Salah satu modal penting yang lain adalah Israel telah memiliki pengalaman berlatih menaklukkan S-300.
Israel beberapa kali melakukan latihan untuk melawan sistem pertahanan ini secara langsung. Mereka mendapatkan pengalaman berharga ini dengan memanfatkan S-300 yang dimiliki Yunani.
Pada April 2015 misalnya, Israel menggelar latihan dengan skenario melakukan misi serangan ke fasilitas nuklir Iran termasuk melakukan misi melawan buatan S-300. Latihan ini penting bagi Israel karena Iran saat itu sudah menerima S-300.
Israel mengerahkan kekuatan Lockheed Martin F-16I dari beberapa basis untuk berpartisipasi dalam latihan yang dikenal dengan “Iniohos” tersebut..
Sebagaimana dilaporkan Flightglobal Rabu 6 Mei 2015, komandan pangkalan udara Israel Nevatim, Brigadir Jenderal Lihu HaCohen mengatakan angkatan udara bersiap-siap untuk beberapa skenario yang mungkin, termasuk berhadapan dengan Iran. Pasukan udara Israel dan Yunani telah menggelar sejumlah latihan bersama selama beberapa tahun terakhir.
Anggota NATO Yunani telah memiliki S-300 sejak akhir 1990-an. Athena juga melakukan negosiasi dengan Rusia untuk pembelian rudal tambahan. Sistem rudal inilah yang digunakan untuk latihan.
Menurut sumber-sumber asing, angkatan udara Israel telah mengakuisisi data teknis tentang sistem rudal permukaan ke udara, dan sekarang pilot memiliki kesempatan untuk mensimulasikan skenario di mana mereka menyerang sebuah situs sangat dilindungi dengan S 300 dan sistem anti-pesawat canggih lainnya.
Surat kabar Israel Haaretz pada Selasa 26 September 2018 juga melaporkan pengiriman rudal S-300 ke Suriah tidak akan menjadi penghalang total terhadap serangan Israel. Angkatan Udara Israel telah berlatih melawan S-300 yang dijual Rusia ke Siprus dan sekarang berada di tangan Yunani.
“Masuk akal untuk mengasumsikan bahwa angkatan udara dapat mengetahui cara mengurangi risiko saat menghadapi sistem ini,” tulis Haaretz.