Serangan bom besar-besaran selama Perang Dunia II tidak hanya meninggalkan luka yang dalam dan jelas di darat. Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa gelombang kejut bom masa itu telah mencapai tepi ruang juga. Akibatnya, gelombang kejut itu benar-benar melemahkan atmosfer bagian atas Bumi yang disebut ionosfer.
Penemuan dilakukan baru-baru ini setelah para peneliti menganalisis catatan harian dari Stasiun Penelitian Radio di Ditton Park dekat Slough, Inggris. Di sana, pengukuran rutin ionosfer diambil dari 1933 hingga 1996, sebuah pengukuran ionosfir terpanjang di dunia.
“Apa yang tidak mereka sadari pada saat itu adalah bahwa [catatan-rekaman ionsopheric] sebenarnya mengandung efek perang yang sebenarnya itu sendiri,” kata Chris Scott, penulis studi yang diterbitkan Selasa 24 September 2018 dalam jurnal Annales Geophysicae yang dikutip CNN Rabu 25 September 2018 tersebut.
Para peneliti memutuskan untuk fokus pada serangan bom besar kota-kota Jerman oleh pasukan Sekutu dan Angkatan Udara Inggris antara 1943 dan 1945 dibandingkan “London Blitz” pada awal perang. Ini karena blitz berlangsung dari September 1940 hingga Mei 1941, yang berarti data akan lebih sulit dipisahkan dari perubahan musiman lainnya karena matahari yang mungkin mempengaruhi ionosfer.
Selain itu pesawat Luftwaffe Jerman tidak bisa membawa bom yang jauh lebih besar yang bisa dibawa pasukan Sekutu ke dalam pesawat bermesin empat mereka. Misalnya, Luftwaffe bisa membawa sekitar 4.440 pon bom sementara pasukan udara Sekutu bisa membawa bom seperti “Tall Boy” dan “Grand Slam,” masing-masing seberat 12.000 dan 22.000 pon.
Serangan bom Sekutu atas kota-kota Jerman lebih intens, lebih pendek dan terjadi pada siang hari. Para peneliti membandingkan data ionosfer dari Stasiun Penelitian Radio dengan informasi mengenai 152 serangan udara Sekutu besar.
Di ionosfer, radiasi matahari bertabrakan dengan gas yang memecah menjadi elektron dan ion.
Apa yang para peneliti sadari adalah bahwa gelombang kejut yang dihasilkan oleh bom yang mempengaruhi permukaan Bumi mampu mencapai ionosfer pada ketinggian 621 mil. Gelombang elektrik memanaskan atmosfer bagian atas dan melemahkannya, menurunkan jumlah elektron di ionosfer. Dampaknya akan berlangsung sekitar 24 jam. Mengingat sedikit yang kita ketahui tentang ionosfer, sulit untuk mengatakan efek apa yang mungkin terjadi pada manusia atau Bumi.
Meski ionosfer dipengaruhi oleh aktivitas matahari yang berasal dari luar angkasa, hal-hal seperti badai dan peristiwa alam lainnya di Bumi juga dapat berdampak. Namun ionosfer selalu berubah, itulah sebabnya ada beberapa misi yang sedang berlangsung untuk mempelajarinya.
“Citra lingkungan di seluruh Eropa direduksi menjadi puing-puing akibat serangan udara di masa perang adalah pengingat abadi dari kehancuran yang dapat disebabkan oleh ledakan buatan manusia,” kata Scott yang juga Profesor Fisika Ruang ANgkasa dan Atmosfir di University of Reading.
“Tapi dampak dari bom-bom ini di atmosfer Bumi tidak pernah disadari sampai sekarang. Mengherankan melihat bagaimana riak-riak yang disebabkan oleh ledakan buatan manusia dapat mempengaruhi ujung ruang. Setiap serangan melepaskan energi setidaknya 300 sambaran petir. Kekuatan yang terlibat telah memungkinkan kita untuk mengukur bagaimana peristiwa di permukaan Bumi juga dapat mempengaruhi ionosfer. “