Garda Revolusi Iran bersumpah mereka yang berada di balik serangan dalam pawai militer Ahvaz akan menghadapi pembalasan tak terlupakan. Teheran juga bersikeras menuduh Washington dan sekutu regionalnya mengatur serangan itu.
Kabar terakhir menyebutkan sebanyak 29 orang tewas dan lebih dari 60 lainnya luka-luka setelah sekelompok bersenjata menembak tanpa pandang bulu di kerumunan selama parade militer di kota Ahvaz, Iran barat daya, Sabtu 22 September 2018.
Kelompok Gerakan Patriotik Demokrasi Arab di Ahwaz mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Sebanyak empat penyerang tewas dalam serangan balasan.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan telah tahu siapa yang mengatur serangan itu, sambil menambahkan bahwa mereka bersedia untuk mengejar para penyerang ke manapun bahkan ke negara lain.
“Mereka akan menghadapi pembalasan yang mematikan dan tak terlupakan dalam waktu dekat,” kata IRGC dalam sebuah pernyataan, Minggu 23 September 2018.
Para komandan senior IRGC mengatakan bahwa militan yang melakukan serangan itu dilatih oleh negara-negara Teluk dan didukung oleh Amerika. Teheran, secara terbuka menyalahkan Amerika dan sekutunya di Timur Tengah mendukung para penyerang.
Washington berusaha untuk menciptakan kekacauan dan kekacauan di Iran sehingga amerika dapat mengambil alih Republik Islam Iran,” kata Presiden Iran Hassan Rouhani sebelum berangkat ke New York untuk menghadiri pertemuan Majelis Umum PBB Minggu.
“Negara-negara Teluk Persia menyediakan dukungan moneter, militer dan politik untuk kelompok-kelompok ini,” tambahnya, sambil menuduh Amerika sebagai sponsor dari semua tentara bayaran di wilayah ini.
Pada saat yang sama, dia mengatakan bahwa Iran akan menanggapi kejahatan ini dalam kerangka hukum. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, juga menyebut serangan itu sebagai kelanjutan dari plot negara-negara regional yang merupakan boneka Amerika Serikat.
Washington membantah semua tuduhan dan mengatakan bahwa insiden itu merupakan akibat dari kebijakan ofensif pemerintah Iran.