Kelas Lada Kedua Meluncur, Mampukah Menggusur Dominasi Kelas Kilo?
Kapal Selam Kelas Lada Kronshtadt saat diluncurkan 12 September 2018/TASS

Kelas Lada Kedua Meluncur, Mampukah Menggusur Dominasi Kelas Kilo?

Kapal selam diesel elektrik kedua dari proyek 677 (kelas Lada), Kronshtadt, diluncurkan dalam upacara khusus di Shipyard Admiralty di St. Petersburg Kamis 20 September 2018.

Kapal selam mulai dibangun pada tahun 2005. Pembangunan sempat beberapa kali dihentikan karena masalah biaya dan teknis.

“Penundaan dalam pekerjaan konstruksi memungkinkan untuk menggunakan pengalaman yang diperoleh dalam membangun dan mengoperasikan kapal selam  St. Petersburg, “kata Direktur Admiralty Shipyards Alexander Buzakov pada upacara tersebut sbagaimana dilaporkan TASS.

Buzakov mengatakan dengan semua parameter kapal selam ini melampaui pendahulunya Project 636 Kelas Kilo. “Kami yakin bahwa masa depan kekuatan kapal selam non-nuklir Angkatan Laut Rusia harus disematkan pada Project 677. Akan produksi dalam jumlah besar,

Kapal Selam Project 677 Kelas Lada merupakan kapal selam diesel listrik generasi keempat. Kapal memiliki bobot perpindahan sekitar 1.750 ton. Kecepatan maksimum di bawah air adalah 21 knot dan memiliki 35 awak. Kapal juga membawa rudal jelajah Kalibr.

Sebelumnya pada 2017 lalu, Vice Admiral Viktor Bursuk, Wakil Panglima Angkatan Laut Rusia, mengatakan bahwa kapal selam diesel Kelas Lada akan menjadi proyek utama dalam pengembangan kekuatan kapal selam non-nuklir Rusia. Itu artinya akan menggeser Kelas Kilo atau varian yang lebih canggih yang dikenal sebagai improved Kilo.

Sejak awal Kelas Lada memang dimaksudkan untuk menjadi penerus kapal selam diesel kelas Kilo yang sangat sukses, lebih dari 50 di antaranya telah dibangun dalam tiga varian dan digunakan Rusia, China, Vietnam, Aljazair, Polandia dan Iran.

Insinyur Rusia berjanji bahwa Lada akan 50 persen lebih tenang dibandingkan Kilo. Kapal selam sepanjang 67 meter itu jauh lebih kecil daripada Kilo, dengan bobot 1.765 ton.

Enam tabung 533 milimeter dengan 18 torpedo atau rudal merupakan persenjataannya, dan tidak seperti hampir semua kapal selam Rusia sejak Perang Dunia II, ini adalah kapal selam dengan konstruksi single-hulled.

Fitur lainnya termasuk bow-mounted sonar  Liara, sistem manajemen tempur Letiya (“Lithium”), sensor untuk mendeteksi emisi elektromagnetik, baling-baling berbilah tujuh dengan vortex-cancelling hub, dan lapisan anti-sonar khusus yang disebut Molniya (“petir.”)

Kapal selam rencananya akan menggunakan AIP hidrogen-oksigen yang disebut sebagai inovasi kunci. Menurut media rusia AIP hydrogen-oksigen mengubah bahan bakar diesel menjadi hidrogen untuk listrik.

Tetapi pembangunan kapal selam ini justru penuh dengan masalah dan penundaan. St. Petersburg adalah kapal pertama Project 677. Pembangunan kapal dimulai pada 1997 dan baru diserahkan pada 2010 untuk diuji Angkatan Laut hingga 2019 sebagai test bed.

Sebuah artikel di majalah Rusia Izvestia pada November 2011 melaporkan bahwa generator D49 milik St. Petersburg yang diharapkan memiliki 2.700 tenaga kuda, hanya bisa menghasilkan setengah dari daya yang dibutuhkan.

Sedangkan kapal selam kedua, Kronshtadt mulai dibangun pada tahun 2005 dan sempat dihentikan untuk dilanjutkan pada tahun 2013. Saat ini Shipyard Admiralty sedang membangun kapal selam kelas Lada lainnya –  Velikiye Luki. Dengan kondisi seperti ini memang belum ada kepastian Kelas Lada akan mampu mengganti Kelas Kilo.