Iran meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk ancaman Israel terhadap Teheran dan mengawasi kegiatan nuklir Israel.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggunakan kunjungan ke pembangkit atom rahasia Israel pada akhir Agustus untuk memperingatkan musuh negara itu bahwa negaranya memiliki sarana untuk menghancurkan mereka, dalam yang diduga secara terselubung merujuk pada persenjataan nuklirnya.
“Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa seharusnya tidak menutup mata terhadap ancaman itu dan harus bertindak tegas untuk menghilangkan semua senjata nuklir Israel,” kantor berita Fars 20 September 2018 mengutip pernyataan duta besar Iran untuk PBB, Gholamali Khoshrou, dalam surat kepada sekretaris jenderal dan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Khoshrou meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa memaksa Israel bergabung dengan Perjanjian Tidak Menyebarkan Nuklir (NPT) dan membuat kegiatan nuklirnya di bawah pengawasan Badan Tenaga Atom Dunia (IAEA), pengawas atom badan dunia itu.
Israel, yang berada di luar NPT, tidak memastikan atau menyangkal memiliki bom, kebijakan mendua puluhan tahun, yang disebutnya untuk keseimbangan dengan tetangga bermusuhan sementara menghindari semacam hasutan umum, yang dapat memicu perlombaan senjata di kawasan tersebut.
Israel mencoba melobi kekuatan dunia untuk mengikuti Amerika Serikat keluar dari kesepakatan mereka pada 2015 dengan Iran, yang membatasi kemampuan nuklir Teheran sebagai imbalan untuk pencabutan hukuman.
Israel menganggap perjanjian itu tidak cukup untuk menghapus sarana musuh mereka akhirnya mendapatkan bom. Tehran, penanda tangan nuklir NPT pada 1970, menolak menginginkan senjata nuklir.
Sejak revolusi pada 1979, Iran menginginkan penghancuran Israel. Ia mendukung pejuang Hizbullah Lebanon dan gerakan Hamas Palestina.
Penguatannya atas Damaskus selama perang saudara Suriah dilihat pemerintah Netanyahu sebagai penempatan Iran lebih lanjut di perbatasan Israel.