Untuk pertama kalinya sejak Desember 2016, kapal induk nuklir Prancis Charles de Gaulle kembali melaut pada Jumat 14 September 2018 lalu. Kapal induk tersebut keluar dari dok kering di dermaga Vauban di Toulon setelah upgrade dan reparasi tengah usia.
Kapal selanjutnya akan melakukan sekitar 1000 jenis tes. Dari jumlah itu 800 diselesaikan di dermaga dn 200 di tengah laut.
Berbagai tes akan berlangsung beberapa minggu dan itu akan, sesuai dengan kebutuhan dan tes, dibawa untuk kembali dan pergi secara teratur dari Toulon. Puncak dari tes nanti adalah kembalinya pesawat ke dek penerbangan kapal induk tersebut.
Ditugaskan pada tahun 2001, Charles de Gaulle telah menjalani dua kali perawatan besar. Dipimpin oleh Naval Group, program dengan biaya 1,3 miliar euro ini akan menghabiskan lebih dari 4 juta jam kerja, termasuk 1,8 juta teknik dan desain, dan 2,5 juta untuk situs tersebut.
Upgrade ini berfokus pada renovasi sistem tempur, pemasangan sensor baru (termasuk radar SMART-S) serta fasilitas pendaratan dan lepas landas pesawat tempur. Jet tempur Rafale mengisi sayap tempur dari kapal induk tersebut.
Charles de Gaulle seberat 38.000 ton ini menjadi satu-satunya kapal induk milik Prancis. Pembangunan dimulai pada 1987. Kendala anggaran menjadikan proses tertunda empat kali hingga dari rencana awal akan dilantik awal 1990an molor menjadi tahun 2001.
Flattop ini memiliki kapasitas 40 pesawat, dan mampu meluncurkan pesawat setiap tiga puluh detik. Dengan panjang 860 meter panjangnya, kapal induk Prancis lebih kecil dibanding milik Amerika yang hampir 1.100 meter. Hal ini dapat membawa sampai 30 pesawat, bersama dengan awak hampir 2.000.
Kapal ini memiliki dua strip untuk lepas landas pesawat di depan dan satu untuk mendarat di belakang.