J-15 Benar-Benar Tidak Mampu Menjadi Sayap Tempur Kapal Induk China
J-15

J-15 Benar-Benar Tidak Mampu Menjadi Sayap Tempur Kapal Induk China

Kapal Induk Liaoning China dan kapal induk kedua mereka menghadapi masalah serius. Mereka akan sulit memiliki sayap tempur yang akan menjadi kekuatan penting.

Kapal induk China, memang sudah miliki jet tempur J-15 yang dikembangkan oleh Aviation Industry Corp of China.  Pesawat dua kursi tersebut lepas landas pertama dari dek Liaoning pada tahun 2012.

Namun sejak saat itu, produksi dan penyebaran J-15 tampaknya telah melayang ke tingkat rendah. Menurut PLA Daily, Angkatan Laut China hanya memiliki sekitar 40 jet tempur ini dalam dinas aktif pada tahun lalu.

Sebagai gambaran Liaoning membutuhkan 24 J-15 untuk membentuk skuadron tempur yang siap tempur. Sementara kapal induk Type 001A yang sekarang sedang bersiap masuk layanan juga akan membutuhkan jumlah J-15 yang sama. Artinya, jumlahnya sekarang masih kurang.

J-15 disalin dari desain prototipe Su-33 yang mereka dapat dari Ukraina pada awal 2000-an. Tapi pesawat tempur itu juga dilengkapi dengan radar, mesin, dan senjata yang diproduksi di dalam negeri.

Belum lagi kemampuan jet tempur yang terbatas. J-15 hampir bukan merupakan game changer. Ketergantungan pada ski-jump dan kurangnya kemampuan bahan bakar tidak pernah menjadi jet tempur jarak jauh yang sepenuhnya matang.

Media China termasuk portal berita Sina bahkan menggambarkan ketidakmampuan J-15  sebagai jet tempur yang tidak lebih dari ” flopping fish ” karena tidak dapat terbang tinggi dari Liaoning ketika membawa senjata berat melebihi 12 ton.

J-15 adalah salah jet tempur paling berat yang beroperasi di seluruh angkatan laut global. Pesawat ini memiliki berat kosong 17,5 ton, yang jauh di atas F / A-18E / F Super Hornet dengan berat 14,6 ton.

Asia Times melaporkan Kamis 13 September 2018, masalah berat badan J-15 dan sistem lepas landas ski jump membuat jet tempur ini sangat terbatas dalam hal kapasitas muatan.

Satu J-15 jatuh saat uji pendaratan simulasi kapal induk di darat pada bulan April 2016 karena kegagalan sistem kontrol penerbangan, dan seorang pilot mengalami luka serius dan kemudian meninggal ketika dia mencoba untuk mendapatkan kembali kendali pesawat dan hanya keluar pada detik terakhir.

Pada bulan Juli, pejabat senior PLA mengkonfirmasikan bahwa saat ini sedang dilakukan pengembangan dan pengujian sebuah jet tempur berbasis kapal induk berkapasitas besar untuk menggantikan J-15.