Site icon

Amerika Habiskan Rp40.000 Triliun Untuk Perang Teror, Hasilnya Terorisme Tetap Ada

Setelah serangan terhadap menara World Trade Center dan Pentagon 11 September 17 tahun yang lalu, Amerika kemudian meluncurkan apa yang mereka sebut sebagai perang teror. Tidak hanya di Afghanistan, perang melebar ke banyak negara baik secara terbuka maupun diam-diam.

Kini setelah 17 tahun, perang tersebut telah menyedot dana US$2,7 triliun atau hampir Rp40.000 triliun (Rp40 biliun). Data itu dikeluarkan Stimson Center, sebuah lembaga yang sangat disegani di Amerika.

Angka itu termasuk pengeluaran untuk upaya keamanan dalam negeri, program internasional, dan perang di Afghanistan, Irak, dan Suriah – dan belum termasuk fiskal 2018.

Menurut Stimson dana yang ada sekitar US$ 18 triliun adalah pengeluaran diskresioner antara tahun fiskal 2002-2017, pengeluaran CT (counterterrorism/kontraterorisme) mencapai hampir 16 persen dari keseluruhan.

Pada puncaknya pada tahun 2008, belanja CT berjumlah 22 persen dari total pengeluaran diskresioner. Pada 2017, belanja CT telah turun menjadi 14 persen dari total. “Meskipun ada penurunan, kelompok studi tidak menemukan indikasi bahwa pengeluaran CT kemungkinan akan terus menurun.”

“Dengan uang sebanyak itu, kami telah membunuh Osama bin Laden dan sejumlah tangan kanan dan pengikutnya. Kami telah menangkap sejumlah pengikutnya. Kami dan sekutu kami telah membunuh banyak dari mereka yang bermunculan untuk mengibarkan bendera hitam dari Afghanistan, Uzbekistan, Irak, Suriah, Mesir, Somalia, Nigeria, Mali, Filipina, Inggris, Belanda, Prancis, Jerman dan, ya, beberapa di Amerika,” tulis lembaga tersebut sebagaimana dikutip Breaking Defense Rabu 12 September 2018.

Tetapi meski sudah begitu lama dan sangat mahal, terorisme tetap ada. Menurut lembaga tersebut hal ini akan terus terjadi selama akar penyebabnya tetap ada. “

Orang Inggris belajar ini di Irlandia Utara. Israel telah mempelajari ini. Amerika telah belajar ini dalam menghadapi kaum nasionalis kulit putih dan ekstremis lainnya, termasuk beberapa jiwa yang hancur yang telah membunuh warga negara mereka.”

“Pakistan dan India telah mempelajari ini. Dan tidak ada yang tahu ini lebih baik daripada rakyat Afghanistan, yang negaranya tetap menjadi tempat sentral di dunia kontraterorisme kita yang bermasalah.”

 

Exit mobile version