Kapten van Baber merasa iba melihat seorang bocah berusia tujuh tahun yang ditawarkan kepadanya oleh seorang penjual budak di Makassar. Kapten VOC itupu akhirnya menebus bocah bernama Surawiroaji tersebut dan dibawa pulang.
Surawiroaji berdasarkan sejumlah catatan berasal dari Bali. Tetapi siapa orang tuanya tidak bisa dilacak dengan jelas. Ada yang menyebut dia berasal dari keluarga sudra tetapi ada yang mengatakan dia adalah keturunan raja.
Sejak saat itu, anak tersebut ikut bersama keluarga Baber. Hanya saja, Kapten tersebut harus kerap berpindah-pindah tempat tugas hingga cukup repot baginya membawa anak tersebut. Akhirnya tiga tahun kemudian anak itupun dijual kepada Mr Moor yang juga bekerja di militer VOC pada tahun 1670 dan dibawa ke Batavia.
Anehnya, setelah membeli bocah lak-laki itu, karier Moor naik dengan cepat. Dari semula kapten dia segera naik naik menjadi mayor. Bahkan, ia juga diangkat sebagai anggota Dewan Hindia (Raad van Indie) alias dewan penasihat Gubernur Jenderal. Kekayaannya pun meningkat pesat. Dari situlah, Moor sering memanggil lelaki kecil itu dengan nama Untung.
Di rumah Moor, tugas utama Untung adalah melayani Suzanne, putri Mr Moor, selain tentu saja mengerjakan tugas-tugas lain. Seiring waktu, ternyata Untung dan Suzanne justru menjalin cinta. Kedudukan sosial yang berbeda membuat mereka menyimpan kisah cinta mereka dalam kerahasiaan.
Tetapi Moor akhirnya tahu juga dan dia marah besar. Sebagaimana ditulis dalam Betawi Queen of the East karya Alwi Shahab, Moor memerintahkan pasukan VOC untuk menangkap Untung yang kemudian dipenjara di Stadhuis.
Suzanne tidak bisa diam melihat kekasihnya dipenjara, akhirnya dia berusaha membantu Untung meloloskan diri. Upayanya berhasil. Dia melarikan dari penjara dan kemudian memulai perlawanan kepada VOC. Alasan awal perlawanan adalah masalah pribadi. Cintanya dihalang-halangi dan selama di penjara dia mendapat siksaan keras.
Untung, berusia sekitar 20 tahun kemudian membuat onar dan kerusuhan di berbagai wilayah Batavia. Aparat VOC menjadi sasaran serangannya dan dia selalu lolos dari kejaran musuh. Tetapi Untung sedang bernasib sial hingga akhirnya bisa ditangkap oleh VOC.
Namun kesialan berubah jadi keberuntungan. Dia secara aneh lolos dari hukuman bahkan kemudian diangkat jadi tentara VOC. Kenapa? Secara kebetulan pada 1683, VOC menyerang Kesultanan Banten dan memenjarakan Sultan Ageng Tirtayasa di Batavia hingga wafat. Putranya, Pangeran Purbaya, lolos dan lari ke Gunung Gede. Dalam buku Sejarah Jakarta dari Zaman Prasejarah sampai Batavia yang ditulis Uka Tjandrasasmita Purbaya hanya mau menyerah jika dijemput oleh perwira VOC dari kalangan pribumi.
Untung pun disuruh memilih apakah menjalani hukuman atau menjemput Pangeran Purbaya. Tentu saja menjemput Purbaya adalah pilihan paling masuk akal.
Dia kemudian diangkat jadi militer VOC. Bahkan langsung mendapat pangkat Letnan. Benar-benar Untung yang beruntung. Setelah itu diapun memimpin pasukan kecil untuk menjemput Pangeran Purbaya di Gunung Gede.
Untung akhirnya menemui Pangeran Purbaya yang bersedia ikut untuk diserahkan kepada VOC. Dalam perjalanan, serdadu-serdadu Belanda pimpinan Vaandrig Kuffeler memperlakukan sang pangeran dengan kasar. Untung tidak bisa menerima perlakuan itu. Terjadilah pertempuran Kuffeler dan anak buahnay dibantai. Tidak kurang 20 orang Belanda tewas dalam pertikaian itu.
Pangeran Purbaya akhirnya bimbang. Dalam hati dia ingin menyerahkan diri kepada VOC karena melarikan diri juga akan sulit. Sementara istri pangeran, Raden Ayu Gusik Kusuma, justru meminta Untung mengantarkannya pulang ke Kartasura. Raden Ayu Gusik Kusuma adalah putri seorang pejabat tinggi di istana dinasti Mataram itu.
Akhirnya rombongan dibagi dua. Pangeran Purbaya dan para pengawalnya menuju benteng VOC di Tanjungpura (sekarang Karawang), sementara Untung beserta beberapa pengikutnya mengawal Raden Ayu Gusik Kusuma ke Kartasura. Dalam perjalanan itu Untung jatuh cinta pada istri pangeran Purbaya. Memang nasibnya yang selalu untung, cintanya pun dibalas.
Dalam perjalanan tersebut kelompok Untung dikejar pasukan VOC pimpinan Jacob Couper. Pertempuran pecah di wilayah Tasikmalaya. Untung bersama sang putrid dan beberapa anak buahnya masih bisa lolos. Dia kemudian datang ke Kesultanan Cirebon mengingat kerajaan itu berhubungan baik dengan Mataram, asal Raden Ayu Gusik Kusuma. Namun, kedatangan Untung mendapat reaksi negatif dari anak angkat sultan yang bernama Raden Surapati yang dikenal angkuh.
Surapati dan anak buahnya mencegat Untung sebelum masuk istana hingga terjadilah pertempuran. Untung kembali dipayungi nasib baik. Sultan Cirebon datang dan menyudahi masalah. Sultan memutuskan Raden Surapati bersalah dan dianggap telah mencemarkan nama kerajaan bahkan diberi hukuman mati. Nama Surapati pun diberikan kepada Untung. Maka itulah asal usul nama Untung Surapati.
Untung Surapati kemudian meneruskan perjalanannya. Namun kembali bertemu dengan pasukan VOC dipimpin oleh Jacob Couper, pada 6 Oktober 1684, terjadi pertempuran di perbatasan Jawa bagian barat dengan tengah itu. Sekitar 50 orang dari pihak Untung tewas.
Untung Surapati memerintahkan pasukannya untuk mundur dan mereka lolos hingga berhasil memasuki wilayah kekuasaan Mataram dan menuju Kartasura yang saat itu dikuasai Amangkurat II, cucu Sultan Agung.
Raden Ayu Gusik Kusuma ternyata putrid Patih Nerangkusuma, sosok yang sangat anti-VOC. Patih Nerangkusuma kemudian merestui pernikahan Untung dan putrinya.
VOC mendesak kepada Amangkurat II agar menyerahkan Untung Surapati. Amangkurat II menyanggupinya. Tapi, itu ternyata hanya taktik yang dirancang Patih Nerangkusuma bersama Untung Surapati.
Pasukan kompeni pun berangkat ke Kartasura. Kali ini, komandannya adalah Kapten Francois Tack, perwira senior VOC yang pernah terlibat dalam penumpasan gerakan Trunojoyo yang dianggap memberontak kepada Mataram. Tack juga terlibat dalam penaklukan Kesultanan Banten.
Sampai di Kartasura tanggal 8 Februari 1686 menjelang siang, Kapten Tack yang memimpin lebih dari 200 serdadu memasuki istana dengan percaya diri karena yakin Untung akan ketakutan melihatnya.
Ternyata, Kapten Tack masuk jebakan. Anak buah Untung Surapati membuat kebakaran hebat di sekitar istana. Pasukan VOC pun panik dan terperangkap. Pasukan Untung juga membakar sebagian bangunan kraton untuk mengesankan seolah-olah Amangkurat II ikut menjadi sasaran serangan, agar VOC tidak curiga.
Pertempuran hebat pun terjadi di halaman kraton. Korban berjatuhan di kedua pihak. Untung Surapati kehilangan 75 anak buahnya. Sementara dari kubu VOC sebanyak 79 orang tewas, termasuk Kapten Tack.
Amangkurat II kemudian memerintahkan Untung Surapati ke Pasuruan untuk menyerang salah satu wilayah Mataram di Jawa bagian timur itu. Kedoknya seolah-olah Untung melawan Mataram, agar Belanda tak curiga. Setelah merebut Pasuruan Untung Surapati mendeklarasikan diri sebagai pemimpinnya dengan gelar Adipati Aria Wiranegara.
Pada 1702, Amangkurat II wafat dan digantikan putranya, Amangkurat III. Tetapi raja baru ini terlibat konflik perebutan tahta dengan pamannya, Pangeran Puger. Amangkurat III kabur ke Pasuruan, meminta perlindungan Untung Surapati.
Pada tahun 1706, VOC menggerakkan armada perang ke Pasuruan. Pertempuran sengit pecah di Bangil, Pasuruan, pada 17 Oktober 1706 dan itulah akhir keberuntungan Untung. Dia terluka parah memaksa dia harus mundur. Dalam pelarian inilah dia meninggal.
DSebelum menghembuskan nafas terakhir, Untung meminta kepada para pengikutnya agar merahasiakan kematiannya, namun, pada 18 Juni 1707, kuburan Untung ditemukan pasukan VOC yang sedang mencari keberadaan Amangkurat III di Pasuruan. Makam itu lalu dibongkar, jasad Untung dibakar, dan abunya dibuang ke laut.
Kendati begitu, para pengikut setia Untung terus melalukan perlawanan. Begitu pula dengan putra-putranya, antara lain Raden Pengantin, Raden Surapati, dan Raden Suradilaga. Namun pada 1723, ketiganya ditangkap kompeni dan dibuang ke Srilanka.