Boeing pada Senin mengantongi kontak senilai US$ 2,9 miliar atau sekitar Rp43 triliun pemesanan keempat pesawat tanker KC-46 Pegasus. Kini perusahaan tersebut telah mendapat total 52 pesanan pesawat yang sempat bermasalah dalam pengembangannya tersebut.
Pemberian kontrak diumumkan Senin 10 September 2018, mencakup produksi 18 KC-46 dan perlengkapan terkait lainnya seperti suku cadang, peralatan pendukung, dan kit pengisian bahan bakar udara.
“Kami senang dapat bermitra dengan Angkatan Udara di pesawat terbang yang akan menyediakan armada yang tak tertandingi kemampuan dan fleksibilitas,” kata Mike Gibbons, Boeing wakil presiden dan manajer program tanker KC-46A.
“Ini adalah tonggak besar lain bagi tim dan kami berharap dapat mengirimkan tanker multi-peran generasi mendatang ini untuk tahun-tahun mendatang.”
Pengumuman Senin mengikuti kontrak pada bulan Desember untuk pesanan KC-46 asing pertama yakni satu tanker untuk Jepang. Dua pembelian Angkatan Udara Amerika yang pertama diselesaikan pada bulan Agustus 2016 dengan total 19 pesawat, dan pesanan ketiga untuk 15 KC-46 ditambahkan pada bulan Januari 2017. Layanan ini berencana membeli 179 KC-46 selama program itu berjalan.
Masalah teknis membuat Boeing tidak mengirimkan KC-46 pertama, dan perusahaan telah kehilangan tenggat waktu awal Agustus 2017 untuk mengirim 18 tanker yang sepenuhnya bersertifikat ke layanan. Namun, tampaknya perusahaan semakin dekat dengan tonggak itu.
Awal tahun ini, Boeing dan Angkatan Udara mencapai kesepakatan tentang jadwal pengiriman KC-46 pertama, yang saat ini dijadwalkan untuk Oktober.
Pekan lalu, Boeing mengungkapkan bahwa KC-46 telah menerima sertifikat tambahan dari Federal Aviation Administration – serangkaian tes yang memvalidasi sistem pengisian bahan bakar dan avionik pesawat memenuhi persyaratan FAA dan prasyarat untuk pengiriman pesawat.
Gibbons menyebut sertifikasi ini menjadi salah satu rintangan besar terakhir sebelum pengiriman pertama ke Angkatan Udara Amerika.
Namun, KC-46 masih harus mendapatkan sertifikat tipe militer dari Angkatan Udara, yang memvalidasi sistem khusus militernya. Boeing menyelesaikan pengujiannya pada bulan Juli dan sertifikat itu diharapkan akan diberikan dalam beberapa bulan mendatang.