Prancis akan akan menghabiskan setidaknya 3,6 miliar euro atau sekitar Rp60 triliun untuk memperbarui satelit militer mereke.
“Kami telah membayangkan 3,6 miliar euro untuk pembaruan potensi satelit militer dalam undang-undang perencanaan militer,” kata Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly kepada stasiun radio Europe 1 French Minggu 9 September 2018.
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa satelit baru akan memiliki kamera pengintai sehingga Prancis dapat tahu siapa saja yang mendekati mereka.
Berita itu muncul hanya dua hari setelah Parly menuduh Moskow melakukan tindakan spionase pada tahun 2017 dengan mengklaim satelit Rusia mendekati satelit militer Perancis-Italia Athena-Fidus untuk mencegat komunikasinya.
Florence Parly menamai satelit Rusia sebagai Luch-Olymp. Dia mengatakan itu mendekati Athena-Fidus, satelit Prancis-Italia yang diluncurkan pada tahun 2014 dan digunakan untuk komunikasi militer dan perencanaan operasi yang aman.
“Mencoba mendengarkan tetangga bukan hanya tidak ramah, itu disebut tindakan spionase, ”kata Parly dalam pidato di kota selatan Toulouse Jumat 7 September 2018 dan dikutip Defense News.
“Sudah dekat. Agak terlalu dekat. Begitu dekat sehingga benar-benar bisa percaya bahwa satelit itu mencoba menangkap komunikasi kami. ”
Pada 28 Juni, parlemen Prancis mengadopsi rancangan undang-undang tentang perencanaan militer untuk 2019-2025, yang mempertimbangkan peningkatan pembelanjaan pertahanan hingga 2 persen dari PDB negara itu. Dengan peningkatan ini pengeluaran militer Perancis akan mencapai sekitar 295 miliar euro atau sekitar Rp5.058 triliun pada 2025.
Langkah ini sejalan dengan janji-janji kampanye Presiden Prancis Emmanuel Macron, serta dengan target belanja militer NATO. Pada tahun 2014, negara-negara anggota NATO berjanji untuk meningkatkan belanja pertahanan mereka hingga 2 persen dari PDB mereka dalam 10 tahun