Para pejabat pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump dilaporkan melakukan pertemuan rahasia dengan para pemimpin militer Venezuela yang merencanakan kudeta. Pertemuan dilakukan selama satu tahun terakhir untuk membahas rencana menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
The New York Times melaporkan Minggu 9 Agustus 2018 bahwa pembicaraan ini menjadi perkembangan terbaru dalam strategi backchannel atau jalur belakang pemerintah Amerika di Amerika Latin yang dapat merusak hubungan luar negeri, meskipun para pejabat militer pada akhirnya tidak melakukan kudeta.
Gedung Putih menolak untuk berkomentar secara khusus laporan The Times tersebut, tetapi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pertemuan sebagai “dialog dengan semua pihak Venezuela yang menunjukkan keinginan untuk demokrasi” untuk “membawa perubahan positif ke negara yang telah sangat menderita di bawah Maduro. ”
The Times melaporkan pejabat Venezuela yang ikut dalam pertemuan tersebut diidentifikasi sebagai pejabat yang korup. Pejabat dan rekan-rekannya dilaporkan telah dituduh menyiksa para kritikus, memenjarakan tahanan politik, perdagangan narkoba, dan berkolaborasi dengan Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia, yang telah dianggap Amerika sebagai organisasi teroris.
The Times, mengutip seorang pejabat senior pemerintahan anonim, mengatakan para pejabat Amerika memutuskan untuk mengejar pertemuan karena mereka merasa puna kepentingan untuk berhubungan dengan kekuatan yang merencanakan gerakan karena kondisi nasional Venezuela terus hancur. Tetapi tidak diketahui informasi apa yang dipertukarkan antara kedua pihak.
Trump pernah mempertimbangkan intervensi militer di Venezuela di masa lalu, yang justru meningkatkan posisi Maduro yang menggunakan kesempatan itu untuk menyerang Amerika dengan mengatakan Washington ingin menguasai cadangan minyak Venezuela yang sangat besar.
“Anda tidak bisa menurunkan penjagaan Anda bahkan sedetik pun, karena kami akan membela hak terbesar yang dimiliki tanah air kami dalam semua sejarahnya, yang berarti hidup dalam damai,” kata Maduro pada waktu itu, sebelum terus mengutuk “supremasi dan visi kriminal mereka yang memerintah Amerika. ”
Laporan Times menunjukkan pertemuan rahasia ini bisa memiliki efek yang sama yakni memperkuat posisi Maduro.
Maduro terpilih meskipun mendapat protes dari hampir selusin negara, dan telah tumbuh lebih tidak populer karena Venezuela terus dalam kekacauan ekonomi, mengalami hiperinflasi, pemadaman listrik yang parah, dan kekurangan makanan serta obat-obatan.
Baru-baru ini, Maduro menggunakan serangan drone 4 Agustus untuk menyerang saingan politik dan menindak pemberontakan dari dalam militernya. Maduro meminta Presiden Donald Trump untuk menangkap “kelompok teroris” yang bertanggung jawab atas serangan dan bersembunyi di Amerika.
Amerika sebelumnya terlibat pada kudeta tahun 2002 di Venezuela yang tidak populer di kalangan warga negara dan negara tetangga setelah gagal menggulingkan Presiden Hugo Chavez.