Pertemuan Puncak Gagal, Jet Tempur Rusia dan Suriah Langsung Gempur Idlib
Su-24

Pertemuan Puncak Gagal, Jet Tempur Rusia dan Suriah Langsung Gempur Idlib

Pesawat tempur Rusia dan Suriah menggempur kota di Provinsi Idlib, yang dikuasai oposisi Sabtu 8 September 2018 atau sehari setelah pertemuan puncak presiden Turki, Rusia dan Iran yang gagal menyepakati gencatan senjata.

Saksi dan tim kemanusiaan mengatakan puluhan serangan udara menghantam sejumlah desa dan kota di bagian selatan Idlib dan kota Latamneh di bagian utara Hama, tempat pemberontak masih berkuasa.

Mengutip sejumlah saksi Reuters melaporkan helikopter Suriah menjatuhkan bom  di atas rumah warga di pinggiran kota Khan Sheikhoun. Sumber pertahanan sipil mengatakan tiga warga tewas di desa Abdeen di bagian selatan Idlib.

Pertemuan puncak pada Jumat menitikberatkan pada operasi militer yang akan dilakukan di Idlib, benteng besar dan terakhir oposisi yang aktif di Suriah menentang Presiden Bashar al-Assad.

Sebelumnya jurubicara utama Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov pada hari yang sama mengatakan teroris di kota Idlib telah hampir menyelesaikan persiapan mereka untuk provokasi yang melibatkan senjata kimia. Kemungkinan hal ini yang membuat serangan segera dilakukan.

“Skenario untuk pembuatan film ‘insiden’ dengan dugaan penggunaan zat beracun oleh pasukan pemerintah Suriah terhadap warga sipil di pemukiman Jisr Al-Shugur, Serakab, Taftanaz, dan Sarmin akhirnya disepakati selama pertemuan. Kesiapan penuh dari semua peserta yang terlibat dalam melakukan provokasi akan dilakukan malam 8 September,” kata Konashenkov dikutip Sputnik.

Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa teroris Tahrir al-Sham sedang mempersiapkan provokasi di provinsi Idlib barat Suriah untuk menuduh Damaskus menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil. Hal ini untuk memprovokasi Amerika dan sekutunya agar menyerang Suriah.

Presiden Turki Tayyip Erdogan mendesak gencatan senjata dalam pertemuan puncak tersebut tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan gencatan senjata tak berarti karena tidak melibatkan kelompok-kelompok militan Islamis penentang Bashar dan sekutunya yang disebut teroris.

Teheran dan Moskow telah membantu Bashar membalik arah perang melawan para penentang mulai dari para peemberontak dukungan Barat hingga para militan Islamis, sementara itu Turki merupakan pendukung oposisi terkemuka dan memiliki tentara di negara tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengkhawatirkan serangan berskala penuh menyebabkan bencana kemanusiaan, yang melibatkan puluhan ribu warga.