Yordania setuju untuk menyediakan dua helikopter serang AH-1 Cobra ke Filipina untuk memperkuat kemampuan pertahanan Manila.
Ajudan presiden Christopher Go mengatakan masalah ini dibahas dalam pertemuan bilateral Presiden Rodrigo Duterte dan Raja Yordania Abdullah II Kamis 6 September 2018. Duterte berkunjung ke Yordania sebagai bagian dari perjalanannya ke luar negeri selama seminggu.
Go mengatakan dua helikopter itu diharapkan akan dikirim pada Juli tahun depan setelah pelatihan pilot Filipina. “Barang-barang lainnya juga akan dikirim seperti mortir, senapan dan RPG,” kata Go dalam pesan teks yang dikutip Philstar Jumat 7 September 2018.
Duterte sebelumnya mengatakan dia diminta untuk menahan diri agar tidak mencerca sepupu raja Abdullah II, Zeid Ra’ad Al Hussein yang juga menjadi Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia.
Zeid Ra’ad Al Hussein mengatakan Duterte perlu menemui psikiater setelah pemimpin Filipina itu menolak kritik terhadap perang narkotika yang dia lakukan. Duterte membalas dengan menyebut Zeid “berkepala kosong.”
Penasihat Keamanan Nasional Hermogenes Esperon, Jr. telah meminta Duterte untuk berhenti menyerang Zeid karena Raja Yordania bersedia memberikan helikopter ke Filipina.
Esperon mengatakan helikopter bekas, yang akan mencakup suku cadang, diharapkan memperkuat upaya militer melawan terorisme. Dia mengatakan pelatihan pilot Filipina yang akan menggunakan helikopter akan dimulai pada November.
Esperon mencatat bahwa Raja Abdullah dikenal karena pendiriannya yang kuat melawan terorisme. Dia mengatakan pemberian helikopter juga merupakan cara raja untuk membalas perbuatan baik para pekerja Filipina di negaranya.
“Di rumah tangga mereka, ada beberapa orang Filipina dan mereka telah mempertahankan mereka seperti anggota keluarga sehingga pemberiannya (helikopter) benar-benar balasan yang baik,” kata Esperon dalam sebuah wawancara peluang.
Filipina dan Yordania juga menandatangani lima perjanjian bilateral, termasuk kesepakatan kerjasama tentang pertahanan dan tenaga kerja. Penandatanganan perjanjian itu diadakan sebelum pertemuan bilateral Duterte dengan Raja Abdullah II.
