Kapal Selam Uap dan Tragedi Angkatan Laut Inggris
K-15 /Wikipedia

Kapal Selam Uap dan Tragedi Angkatan Laut Inggris

Seperti pesawat terbang, kapal selam berevolusi pada awal abad ke-20 menjadi senjata sebenanrya. Tetapi untuk Angkatan Laut Kerajaan Inggris, ini menjadi dilema. Rencana pertempuran Admiralty untuk dreadnoughts baru yang revolusioner meramalkan bentrokan berkecepatan tinggi antara armada saingan yang dipersenjatai dengan senjata jarak jauh.

Kapal perang dan battlecruisers baru yang diluncurkan dari galangan kapal Inggris mampu menabrak ombak dengan kecepatan di atas 21 knot. Jika kapal selam ingin memainkan peran dalam perang semacam itu, mereka harus cepat.

Kapal selam Inggris tercepat pada tahun 1912 adalah 15 knot di permukaan. Kapal selam juga petarung yang penting dan lebih menekankan pentingnya kecepatan.

Pada tahun 1913 arsitek angkatan laut Inggris Sir Eustace Tennyson d’Eyncourt mempresentasikan kepada Adm. Lord John “Jacky” Fisher  rencana untuk kapal selam yang sangat besar dan mampu mencapai 20 knot. Kapal selam yang disebut kelas K, secara teori, akan mampu mengintai di depan armada, menenggelamkan bawah armada musuh dan menyerang mereka dari belakang.

Untuk mencapai kecepatan tinggi seperti itu, d’Eyncourt beralih ke turbin uap berbahan bakar minyak dan sebuah pembangkit listrik yang mampu melakukan pekerjaan itu.

Ketika Fisher melihat desain kelas-K ia berseru bahwa “kesalahan paling fatal yang bisa dibayangkan adalah menempatkan mesin uap di kapal selam.” Namun selama perang pada tahun 1915, kebutuhan akan terobosan diperlukan, dia pun akhirnya mengalah menerima rancangan itu.

The Admiralty menerima total 17 kapal selam Kelas K antara 1916 dan 1923. Untuk mengakomodasi penggerak uap , auxiliary diesel, dan ruang untuk teknisi, Kelas K harus sangat besar yakni memiliki panjang 338 kaki dan berat 2.500 ton saat terendam. Atau seukuran kapal destroyer. Ukuran yang besar untuk masa itu.

Kapal ini terbukti mampu bergerak cepat yakni 24 knot di permukaan selama uji coba. Kecepatan ini tidak tersaingi sampai kapal selam berbentuk ikan muncul pada tahun 1960-an. Kapal ini dilengkapi delapan tabung torpedo 18 inci dan tiga buah artileri 3 dan 4 inci.

Namun, kapal kelas K memerlukan waktu empat menit atau lebih untuk menarik kembali cerobong asap mereka, menutup palka, katup, dan menyelam. Waktu yang cukup lama untuk ditenggelamkan oleh kapal musuh.

Ruang mesin yang sangat panas menjadikan tidak bisa dihuni setelah kapal selam tenggelam dan awak meninggalkan ruangan melalui sebuah terowongan ke arah depan dan belakang melewati ruang boiler yang menghubungkan haluan dan buritan kapal selam.

Kapal-kapal Kelas K berkubang seperti kayu gelondongan dan bermanuver dengan buruk. Begitu mereka akhirnya tenggelam, Kelas K sering terlalu cepat untuk dikendalikan.

Desain D’Eyncourt melanggar aturan kapal selam yakni  terlalu banyak lubang. Jika ada satu yang gagal menutup dengan benar, kapal selam bisa tenggelam.

Salah satu dari banyak insiden yang paling memalukan dan tragis adalah ketika K-3 melakukan uji coba pada Mei 1916. Bagian depan kapal selam menyelam hingga 240 kaki, tetapi bagian buritan justru naik di atas ombak dan baling-balingnya berputar keras di udara. Meskipun tidak ada yang terluka, kehadiran Duke of York di atas kapal yang kelak menjadi Raja George VI benar-benar menjadikan insiden itu sebagia malapetaka.

Kebocoran gas, ledakan, kebakaran boiler, kegagalan hidrolik  menjadi bencana yang terus terjadi. K-2 terbakar,  K-4 kandas di Pulau Walney,  K-15 tenggelam saat uji coba penerimaannya. Untungnya awak K-12 dan K-16 selamat dari dasar. Seorang kapten menjelaskan di pengadilan militernya bahwa kapal selamnya, K-1, kandas karena “tikus telah memakan bagan kapal selam.”

Wikipedia

Kapal selam juga tidak memiliki keberuntungan yang lebih baik ketika mereka akhirnya pergi berperang. Pada bulan Juni 1917, Flotilla ke-12 termasuk K-2 dan K-7 memburu U-boat di Selat Inggris. K-7 secara keliru ditembak dengan bom kedalaman oleh perusaknya sendiri, dan ketika akhirnya ditembak di U-boat, torpedonya terjatuh atau gagal meledak. K-2 dilaporkan hilang karena kapal itu mundur tanpa pemberitahuan hingga membuat panic angkatan lautnya sendiri.

Selama serangan ofensif ke Denmark pada November 1917, K-1 bertabrakan dengan K-4 saat melakukan manuver. Keterampilan dan kesigapan para awak menyimpan K-4 cukup lama untuk evakuasi. Pelaut yang melayani kapal menyebut diri mereka “Klub Bunuh Diri.”

K-6 membunuh pekerja sipil ketika menolak untuk muncul selama uji coba statis. K-5 hilang di laut pada Januari 1917, mungkin karena menyelam terlalu dalam. Pada bulan yang sama, K-13 ketika berendam 50 kaki air,  bagian buritan dan ruang ketelnya kebanjiran dan menenggelamkan 31 orang. Operasi pertolongan gagal dilakukan.

Namun bencana terburuk terjadi pada bulan Februari 1918 ketika Flotillas ke-12 dan ke-13 termasuk kapal selam Kelas K membentuk bagian dari armada yang menuju operasi di Laut Utara. Ketika barisan panjang kapal berlari dengan kecepatan 19 knot, sekelompok penyapu ranjau menyeberang jalan tanpa peringatan.

Armada itu segera berbelok, tetapi roda kemudi K-14 macet hingga dia ditabrak K-14 dari samping. Ketika dua kapal selam itu berserakan, sebuah battlecruiser  melintas menghantam lambung K-22.

Kesialan belum selesai, ketika sang komodor berbalik untuk memantau masalah,  K-6 menabrak K-4 yang tenggelam dengan semua awaknya. Awak K-17 juga melarikan diri dari kapal selam karena lambungnya dirusak baling-baling destroyer.  Bencana ini  menewaskan 105 orang dan melumpuhkan atau menenggelamkan lima kapal selam.

Meski begitu banyak catatan mengerikan, Angkatan Laut Inggris terus terjebak dengan program kelas-K setelah Perang Dunia I. Dan perahu-perahu terus mengacau.  K-21 tenggelam di tambatannya pada tahun 1921 karena kegagalan katup. K-22 terendam dengan corongnya terbuka.  Kapal yang terakhir dibangun, K-26, menghanguskan dua orang hingga mati ketika katup-katup uap bermasalah selama uji coba.

Akhirnya gagasan tentang kapal selam tenaga uap memang berakhir dengan menyedihkan. Tetapi sebenarnya ini hanya masalah teknologi yang belum saatnya karena jika kita sadar kapal selam nuklir saat ini hakikatnya adalah kapal selam bertenaga uap