Pendiri Blackwater Erik Prince berpikir saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencoba pendekatan baru di Afghanistan, yang menurutnya akan mengurangi pengeluaran perang. Cara itu adalah menyerahkan perang Afghanistan ke swasta. Dia menegaskan sanggup untuk menyelesaikan misi dengan biaya yang lebih murah.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Military Times, Prince berbagi rincian tentang kekuatan yang diusulkan dan mengapa ia yakin pasukan kecil militer swasta dan bahkan jejak kecil dari operator khusus Amerika mungkin dapat mencapai hasil yang sama dibandingkan ratusan ribu pasukan Amerika dan NATO selama 17 tahun terakhir.
Prince pertama kali mempresentasikan ide ketika Presiden Donald Trump mengambil alih jabatan tahun lalu. Namun usulan itu mendapat tentangan berbagai pihak.
Sekarang, setelah lebih dari satu tahun kemudian, Prince merasakan ada kesempatan lagi. Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan panesihat keamanan H.R. McMaster yang dulu menentang idenya tidak lagi bekerja di Gedung Putih.
Selain itu, menurutnya, kemampuan Mattis untuk mempengaruhi presiden tampaknya telah memudar dan Penasihat Keamanan Nasional yang baru John Bolton mengatakan kepada ABC News bulan ini bahwa dia selalu terbuka untuk ide-ide baru.
“Ketika saya melontarkan ide ini tahun lalu banyak orang menembaknya,” Prince mengatakan kepada Military Times, mengacu pada tawaran awal ketika Trump mengambil alih kantor. “Saya maju lagi tahun ini, karena saya tahu bahkan beberapa hari setelah [Trump] membuat keputusan [untuk memperpanjang misi Amerika di Afghanistan tahun lalu, betapa enggan dia membuat keputusan itu.”
Mattis tetap menentang ide privatisasi perang. “Ketika orang Amerika menempatkan kredibilitas bangsa mereka, privatisasi itu mungkin bukan ide yang bijaksana,” kata Mattis.
Namun demikian, Prince tidak terpengaruh. Dia menduga bahwa minat terhadap rencananya di Gedung Putih akan tumbuh saat ini.
Prince juga berpikir bahwa, pada akhirnya, penghematan biaya dapat meyakinkan presiden untuk mencoba sesuatu yang baru. Prince mengatakan rencananya akan menelan biaya US$ 5 miliar atau sekitar Rp74 triliun per tahun yang jauh lebih kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan di Afghanistan.
Berdasarkan penilaian Departemen Pertahanan Amerika tahun 2017, sejak kampanye militer di Afghanistan yang dimulai Oktober 2001 pemerintah diperkirakan telah menghabiskan US$ 753 miliar untuk operasi perang. Sedangkan untuk 2018-2018 Amerika mengeluarkan US$ 126 miliar untuk rekonstruksi dan sekitar US$ 45 miliar untuk operasi lanjutan pada 2018 dan 2019. Total biaya hingga saat ini hampir US$ 1 triliun.
Lalu apa yang akan dilakukan Prince dengann US$5 miliar per tahun? Berikut beberapa rancana dasarnya:
- Mengganti pasukan yang terdiri dari 23.000 pasukan multinasional di Afghanistan (termasuk sekitar 15.000 orang Amerika dan sekitar 8.000 pasukan NATO) dan sekitar 27.000 kontraktor pendukung. Prince ingin menggantinya hanya dengan 6.000 kontraktor dan 2.000 pasukan operasi khusus Amerika yang bertugas khusus. 6.000 kontraktor akan terdiri dari 60 persen mantan pasukan operasi khusus Amerika dan 40 persen mantan pasukan operasi khusus NATO. Pasukan NATO, menurut Prince akan datang sebagai individu bukan dari unit NATO, sehingga mereka tidak akan terhambat oleh segudang pembatasan nasional di setiap negara NATO.
- Tidak ada lagi misi NATO. Prince tidak akan mengatakan apakah dia telah mendiskusikan rencananya dengan negara-negara anggota NATO lainnya, tetapi pasukannya akan berfungsi sebagai pengganti pasukan NATO di lapangan. “Ide konsep kami adalah untuk memberikan dukungan struktural yang melekat pada ANSF (Pasukan Afghanistan), membuat semua kekuatan konvensional menjadi memiliki kelebihan,” kata Prince.
- Komando dan kontrol. Sebanyak 2.000 pasukan operasi khusus Amerika yang akan menambah 6.000 kontraktor akan tetap menjadi elemen utama dan menyediakan kemampuan aksi langsung sepihak Amerika dan memberikan jaminan kualitas atas setiap elemen yang dikontrak.
- Tidak ada rotasi. Kontraktor-kontraktor itu akan tinggal dengan unit Afghanistan mereka, bukannya bergerak masuk dan keluar dalam siklus penempatan militer yang lebih khas. Kontraktor tersebut “akan dipertahankan untuk jangka panjang, setidaknya minimal tiga tahun. “Biasanya 90 hari, 30 rotasi akan kembali ke unit yang sama dan geografi yang sama setiap waktu.”
- Angkatan Udara Swasta. Sekitar 2.000 kontraktor Prince akan ada di sana untuk mengoperasikan armada medevac, dukungan udara dan aset udara helikopter dan menjalankan dua rumah sakit bedah tempur bergaya barat yang juga akan merawat tentara Afghanistan yang terluka.
- Biaya yang lebih kecil. Prince mengatakan dia dapat melaksanakan misi ini dengan anggaran sekitar US$ 5,5 miliar. Secara khusus, US$ 3,5 miliar untuk kontraktor, pesawat terbang, gudang untuk logistik dan rumah sakit lapangan; sekitar US$ 2 miliar untuk 2.000 pasukan operasi khusus Amerika.
- Kontraktor dan pasukan militer akan tunduk pada Peradilan Militer dan hukum Afghanistan. Setiap pesawat juga akan memiliki anggota awak Afghanistan yang akan menjadi orang yang menembakkan amunisi, bukan kontraktor.
- Bagaimana dengan perawatan jangka panjang jika terjadi cedera? Kontraktor akan dilindungi oleh asuransi Undang-undang Pertahanan Dasar, yang mencakup biaya perawatan medis penuh, evakuasi dan upah.