Masalah Mesin Terpecahkan, J-20 Segera Masuk Produksi Massal

Masalah Mesin Terpecahkan, J-20 Segera Masuk Produksi Massal

Masalah mesin menjadi hambatan bagi pesawat tempur siluman J-20 China masuk ke fase produksi massal telah berhasil dipecahkan.

South China Morning Post melaporkan mesin sebelumnya akan terlalu panas ketika pesawat terbang dengan kecepatan tinggi. Uji coba darat dan penerbangan menunjukkan kini telah masalah tersebut berhasil diselesaikan dengan mesin WS-15 yang tepat.  Hal ini mendorong produksi massal pesawat akan dimulai pada akhir 2018.

Sebuah sumber mengklaim ada “masalah kecil” dengan mesin, tetapi para teknisi telah menemukan solusi ketika mesin lebih “dijalankan secara luas di pesawat,” lapor The Post.

Di masa depan Amerika Serikat diperkirakkan akan mempertahankan sekitar 200 hingga 300 pesawat F-35 di kawasan Indo-Pasifik pada pertengahan dasawarsa mendatang. Hal ini mendorong China juga menginginkan setidaknya 200 armada J-20. Beijing melihat J-20 sebagai salah satu jet yang paling mampu, yang dapat bersaing dengan F-35 dan F-22 Amerika.

South China Morning Post melaporkan sampai peluncuran WS-15 yang ditingkatkan, China terjebak menggunakan mesin WS-10 atau mesin AL-31F Rusia. Mesin ini pertama kali digunakna oleh Su-27 Soviet pada tahun 1981.

“Memiliki mesin buatan sendiri adalah suatu keharusan bagi J-20 untuk memasuki produksi massal, karena tidak ada negara lain yang siap untuk memberikan teknologi terdepan ke China,” kata seorang sumber kepada Post.

Sejumlah analis menilai  F-22 Raptor Amerika masih lebih unggul dibandingkan J-20, terutama sebagai akibat dari mesin jet turbofan G199-PW-100 yang digunakan Raptor.

Mesin itu memiliki kemampuan untuk mengarahkan vektor belakang mesin ke berbagai arah, memungkinkan pesawat melakukan manuver tajam dengan kecepatan tinggi. Namun dengan WS-15 yang ditingkatkan, J-20 akan bisa mengurangi gap yang ada.