Pengadaan Senjata Turki dalam Bahaya Serius
T-129 ATAK

Pengadaan Senjata Turki dalam Bahaya Serius

Ekonomi Turki sedang dalam masalah serius dengan anjloknya nilai mata uang mereka Lira atas Dollar. Sejumlah program pertahanan pun terancam.

Pada 21 Agustus 2017, dolar Amerika ditutup pada 3.50 lira di pasar mata uang asing. Tepat setahun kemudian, dolar diperdagangkan pada 6,10 lira. Pada periode satu tahun yang sama, kurs euro ke lira naik dari 4,12 menjadi 7,03. Nilai lira Turki telah jatuh hampir sepertiga selama bulan ini saja.

Para perencana pertahanan dan pengadaan Turki sekarang khawatir bahwa kejatuhan mata uang nasional dapat mengekspos program senjata yang terkait mata uang asing dengan risiko penundaan atau penangguhan besar.

“Ini (jatuhnya lira) telah menjadi eksternalitas utama,” kata seorang pejabat pengadaan Turki sebagaimana dilaporkan Defense News Senin 27 Agustus 2018. “Itu adalah risiko yang tidak dihitung yang sekarang membahayakan beberapa program pengadaan kecuali lira cepat pulih ke tingkat sebelum krisis.”

Namun menurut Ahmet Dogan, seorang ekonom dan pendiri think tank Sigma Insight Turki yang berbasis di Ankara pemulihan cepat tampaknya tidak mungkin. “Terlepas dari tantangan politik dan ekonomi,  ada masalah makro ekonomi mendasar yang membuat pemulihan lira hampir tidak mungkin.”

Defisit angaran Turki saat ini adalah US$ 57,4 miliar pada bulan Juni, atau 5,9 persen dari produk domestik bruto negara tersebut dan menjadi rekor tertinggi. Suku bunga tahunan pada obligasi pemerintah 10 tahun berkisar sekitar 21 persen, atau tertinggi di negara-negara berkembang ekonomi.

Utang yang menumpuk juga menjadi masalah lain. Pemerintah, bank, pabrik, dan pemilik rumah semuanya menggunakan kredit murah dari luar negeri hingga US$ 460 miliar, lebih dari separuh PDB Turki.

“Semua gambar itu memberitahu kita bahwa lira akan tetap menjadi mata uang yang lemah,” kata Dogan. “Itu akan menambah tekanan pembiayaan pada semua proyek pemerintah, termasuk pertahanan, yang datang dengan pembiayaan luar negeri.”

Turki telah merundingkan akuisisi sistem udara dan pertahanan anti-rudal buatan S-400 buatan Rusia sejak awal tahun lalu. Jika diselesaikan dan dibayar penuh setahun sebelumnya, kesepakatan senilai US$ 2,5 miliar akan menghabiskan sekitar 8,75 miliar lira Turki.  Tetapi hari ini kontrak yang sama akan menghabiskan 15,25 miliar lira, atau meningkat 75 persen di mata uang Turki.

Demikian pula, Turki sekarang akan menghadapi tagihan senilai 97,6 miliar lira, dengan nilai tukar saat ini, untuk pembelian 100 pesawat F-35 yang mereka rencanakan. Padahal sebelumnya mereka hanya membayar 56 miliar lira.

“Anda dapat menerapkan logika yang sama dan perhitungan sederhana untuk semua program terkait mata uang asing lainnya,” kata Dogan. “Itu membuat gambaran keuangan yang suram.”

Turki juga harus memilih mesin buatan asing untuk menerbangkan TF-X, jet tempur pertama buatan Turki. Pemerintah Ankara juga akan memilih mesin dan sistem transmisi buatan asing untuk Altay, tank tempur utama Turki yang sedang dibuat.

Dan ada beberapa bagian yang digunakan pada T-129, helikopter tempur Turki juga berasal dari luar neger. Helikopter ini diproduksi di bawah lisensi dari AgustaWestland Italia-Inggris. Turki juga secara teratur memperoleh amunisi cerdas impor yang digunakan dalam perangnya melawan pemberontak Kurdi di Turki dan di Irak utara dan Suriah.

“Semua pembayaran yang harus dilakukan dalam dolar dan euro,” kata Dogan. “Semua barang ini tiba-tiba menjadi sangat mahal untuk Ankara.”