
Saksi Runtuhnya Hubungan Soviet-RI
Kapal ini berangkat ke Indonesia pada bulan April 1962, hanya selang empat bulan sebelum berakhirnya operasi kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia, yang pada saat itu tidak mau dilepaskan oleh Belanda.
Dari sini terlihat bahwa peran Uni Soviet dalam momen-momen ini sangat jelas terlihat. Menurut publikasi terakhir yang muncul di media Rusia, pada masa itu Uni Soviet tidak hanya berkomitmen untuk menyediakan pesawat tempur dan peralatan lainnya untuk menyiapkan militer Indonesia.
Para perwira dan tentara Soviet terlibat di sebagian pos perang di kapal perang dan kapal selam. Uni Soviet bahkan berhadap dengan sekutu Belanda di NATO, yaitu Inggris dan Amerika dengan pilihan antara kemerdekaan Indonesia atau dimulainya Perang Dunia III. Namun, ternyata mitra Belanda—Inggris dan Amerika—tidak mau memperjuangkan kepentingan Belanda di Indonesia.
Pada akhir masa bakti Ordzhinikidze/Irian menjadi saksi bisu runtuhnya hubungan Soviet dan Indonesia. Setelah upaya kudeta yang dilakukan oleh Gerakan 30 September dan pemerintahan baru mulai berkuasa, Soeharto melarang Partai Komunis dan serikat buruh.
Ia melakukan penyensoran dan menindas lawan-lawan politiknya. Simbol persahabatan Soviet dan Indonesia berubah menjadi penjara bagi para pembangkang. Pada tahun 1972 kapal tersebut dilucuti dan penjualan kepada Pemerintah Indonesia pun dibatalkan.