Kerap kali kita mendengar istilah afterburner ketika bicara soal jet tempur. Apa sebenarnya Afterburner?
Saat jet membutuhkan kekuatan ekstra untuk melesat, maka afterburner ini sangat dibutuhkan. Hal ini selalu digunakan ketika pesawat lepas landas dari kapal induk yang membutukan tenaga tinggi mengingat landasan pendek sehingga butuh kecepatan di atas 1 Mach. Pesawat akan melakukan afterburner ketika menghindari senjata musuh.
Kemampuan afterburner mulai muncul secara sederhana ketika Perang Dunia II yang diciptakan oleh para insinyur Jerman, Amerika Serikat, dan beberapa negara lain.
Amerika menguji mesin dengan afterburning pertama mereka pada tahun 1943, dan enam dekade kemudian afterburner tetap digunakan untuk pesawat generasi terbaru mereka hingga dapat mencapai kecepatan jelajah supersonik.
Sebenarnya afterburner menggunakan teknik penggabungan bahan bakar dan oksigend alam mesin. Afterburner merupakan ekstensi panjang di bagian belakang mesin, menggabungkan banyak oksigen yang tersisa dengan bahan bakar jet, disemprotkan ke dalam knalpot aliran berkecepatan tinggi dari turbin mesin, dan membakar campuran keduanya dan memberikan hentakan keras serta dorongan ekstra.
Ukuran dorongan bervariasi. Afterburner pada mesin Olympus yang digunakan jet supersonik Concorde bisa bertambah 17 persen dari dorongan mesin normal. Untuk mesin pesawat tempur modern, peningkatan berkisar dari sekitar 40 sampai 70 persen.
Tentu saja bahan bakar yang digunakan juga lebih banyak bahkan hingga tiga kali lebih banyak, sehingga pilot biasanya membatasi penggunaannya untuk beberapa menit saja untuk setiap misi.
Afterburner memunculkan sejumlah toleransi yang harus ditanggung pilot. Salah satunya pilot harus mampu menahan stabilitas pesawat.
