Selama beberapa dekade, Amerika Serikat telah mempertimbangkan untuk menggelar sistem pertahanan rudal balistik berbasis ruang angkasa. Ratusan satelit, masing-masing dipersenjatai dengan roket pencegat, akan melindungi Amerika dari serangan dengan menembak jatuh rudal berujung nuklir saat mereka bangkit dari Bumi.
Tetapi gagasan itu tidak pernah praktis, dan menurut Union of Concerned Scientists, strategi ini tidak menjadi lebih mudah bahkan terhadap kekuatan nuklir yang relatif kecil seperti Korea Utara.
Pada tahun 1980-an, Pentagon’s Strategic Defence Initiative (SDI), yang dijuluki “Star Wars,” berusaha mencari tahu cara melindungi Amerika Serikat dari serangan rudal. SDI meneliti dan mempelajari roket pencegat, balok partikel, dan bahkan laser.
Pemerintah akhirnya memutuskan bahwa beberapa teknologi memang sudah siap tetapi akan sangat mahal.
Berapa banyak perubahan dalam tiga dekade sejak Reagan mencetuskan Star Wars? Sepertinya tidak begitu banyak. Menulis di blog All Things Nuclear milik Union of Concerned Scientists, fisikawan David Wright menjelaskan bahwa, meskipun ada kemajuan teknis 30 tahun terakhir, pertahanan rudal berbasis ruang angkasa masih tetap tidak praktis.
Idenya masih pintar. Sistem berbasis ruang sangat ideal karena satelit yang dipersenjatai dengan pencegat dapat menembak jatuh rudal dalam apa yang disebut fase dorongan atau “boost phase” yakni ketika mereka baru saja lepas landas dari tanah.
Ini sangat penting karena beberapa rudal modern membawa hulu ledak ganda yang terpisah dari rudal sesaat setelah fase dorongan. Bunuh satu misil dalam fase dorongan dan Anda bisa terbebas dari tugas membunuh semua hulu ledak individu.
Namun, beberapa masalah besar dihadapi sistem berbasis ruang angkasa, kata Wright. Salah satunya adalah banyaknya satelit untuk menutupi ruang di atas Korea Utara dengan benar.
Amerika membutuhkan 300 hingga 400 satelit pembunuh yang mengorbit tanpa henti yang terus-menerus melewati negara nuklir tertutup itu. Biaya yang dibutuhkan sekitar US $ 300 miliar. Itu baru untuk melawan negara nuklir kecil seperti Korea Utara. Untuk musuh yang lebih besar, Amerika membutuhkan 1.200 atau lebih satelit dan lebih dari US$1 triliun.
Masalah lain dengan menempatkan pencegat di antariksa adalah musuh akan dapat melacak mereka dan akan tahu persis di mana mereka berada serta menempatkan mereka pada risiko dijatuhkan oleh senjata anti-satelit.
Pertahanan misil berbasis ruang angkasa memiliki teknologi tinggi, tetapi terlalu mahal dan pada akhirnya rentan terhadap serangan. Selama 30 tahun terakhir belum banyak perubahan yang membuat sistem pertahanan berbasis ruang angkasa akan cukup praktis untuk.