Korea Utara Paksa Amerika Mengubah Rencana Darurat Bencana Serangan Nuklir

Korea Utara Paksa Amerika Mengubah Rencana Darurat Bencana Serangan Nuklir

Badan penanggulangan darurat Amerika atau yang dikenal sebagai Federal Emergency Management Agency (FEMA)  mengubah rencana mereka dalam menghadapi kemungkinan ledakan senjata nuklir kelas militer. Mereka meningkatkan kemungkinan daya ledakan jauh dari perkiraan semula.

Seorang pejabat agensi mengatakan kepada Buzzfeed News  versi baru dari rencana darurat mereka akan mencakup potensi ledakan nuklir di 60 daerah perkotaan yang berbeda di Amerika.  Selain itu tingkat daya ledakan yang diperkirakan juga meningkat sangat tajam.

“Kami memperkirakan ledakan 100 kiloton hingga 1.000 kiloton,” kata kepala eksekutif kimia, biologi, radiologi dan nuklir FEMA Luis Garcia Jumat 23 Agustus 2018.

Dia menegaskan bahwa keputusan itu datang setelah lokakarya National Academy of Sciences selama dua hari terkait kesehatan masyarakat dan tanggapan darurat di markas FEMA.

Ini adalah perubahan signifikan dari pedoman yang ada saat ini. Didirikan pada tahun 2010, standar mereka hanya mempertimbangkan ledakan 1 sampai 10 kiloton. Kekuatan yang  lebih kecil dari bom atom yang digunakan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.

Ukuran eksplosif kecil yang ditentukan setelah serangan teror 9/11 ini masuk akal karena teroris diyakini tidak akan mampu membuat senjata nuklir

Namun, lembaga tersebut kini harus berpikir ulang setelah uji coba nuklir 2017 di Korea Utara, di mana pemerintah Kim Jong Un menguji senjata dengan ledakan 250 kiloton.

“Korea Utara benar-benar telah mengubah kalkulus,” kata Cham Dallas dari Institute for Disaster Management di University of Georgia. “Kami benar-benar harus melihat thermonuclear sekarang.”

FEMA menganggap ancaman nuklir dari pemerintah Korea Utara masih tinggi meskipun ada perjanjian denuklirisasi antara Kim Jong un dan Presiden Amerika Donald Trump pada 12 Juni di Singapura.

Banyak pihak masih meragukan efektivitas perjanjian terserbut terlebih  setelah pada hari Jumat Trump membatalkan rencana perjalanan Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo ke Korea Utara karena tidak ada kemajuan yang signifikan tentang denuklirisasi.

Awal pekan ini, Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency PBB merilis laporan mengatakan Korea Utara masih melanjutkan uji coba nuklirnya.